Belanja Online Diproyeksi Dorong Daya Beli Masyarakat di Kuartal II 2024

26 Mei 2024 17:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Bank Mandiri, ilustrasi belanja online Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Bank Mandiri, ilustrasi belanja online Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belanja online pada platform e-commerce diproyeksi mampu dorong daya beli masyarakat di kuartal II 2024. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di kuartal I 2024, konsumsi rumah tangga, yang jadi acuan daya beli masyarakat, tumbuh 4,91 persen (yoy) atau meningkat 0,37 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023 sebesar 4,54 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) sektor perdagangan merupakan sektor terbesar kedua yang memberi kontribusi sebesar 12,94 persen bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023.
Dari riset yang dilakukan Populix pada 6.285 responden, sebagian besar responden menghabiskan dana belanja online sebanyak Rp 50.000 sampai Rp 500.000 per bulan. Kategori Rp 50.000 sampai Rp 500.000 ini mendapat suara mayoritas dengan persentase mencapai 65 persen.
Meski jumlahnya kecil, rupanya terdapat responden yang menyediakan budget tinggi untuk belanja online. Sebanyak 6 persen responden riset ini mengaku menghabiskan lebih dari Rp 500.000 per bulan untuk belanja online.
"Selain memudahkan konsumen mencari produk incaran, belanja online menawarkan berbagai metode pembayaran yang mudah dilakukan oleh konsumen. Metode pembayaran saat belanja online semakin beragam seiring bermunculannya financial technology, e-wallet misalnya," seperti dikutip dari riset Populix, Minggu (26/5).
ADVERTISEMENT
Ditengah keberadaan aplikasi e-wallet yang semakin menjamur, rupanya masyarakat Indonesia masih mengandalkan transfer bank sebagai metode pembayaran saat belanja online. Metode bank transfer mendapat perolehan 28 persen, sementara e-wallet hanya mendapat 26 persen.
"Meski telah sukses membuat masyarakat Indonesia hobi belanja, e-commerce masih terus berinovasi. Mulai dari hadirkan fitur baru, menggaet lebih banyak mitra usaha, hingga gencar membagikan promo terus dilakukan oleh platform e-commerce. Dengan berbagai keunggulannya, belanja online menjadi gaya hidup baru masyarakat di era digital ini," tulisnya.
Salah satu platform e-commerce Indonesia, PT Global Digital Niaga Tbk atau Blibli (BELI) tren belanja masyarakat diharapkan terus meningkat. Untuk mendorong daya beli di kuartal II 2024, perseroan melakukan berbagai strategi, salah satunya melalui Blibli Pay Day (BPD) yang berlangsung pada 25-28 Mei 2024.
ADVERTISEMENT
"Kali ini kami hadirkan BPD melalui Beauty Fest karena kami ingin pelanggan setia Blibli semakin mudah mendapatkan produk-produk kecantikan yang terbaik juga asli dengan berbelanja super hemat di promo BPD Mei 2024," jelas Wilson.
Dia melanjutkan, pelanggan bisa membeli produk-produk self-care yang dijamin asli. Bersama partner pembayaran BPD di akhir Mei ini, Blibli juga menawarkan kemudahan transaksi yang seamless dengan berbagai opsi dari partner pembayaran seperti Blibli Tiket PayLater by Indodana, blu by BCA, BSI, DBS, Kredivo, Mayapada, Mega, Mega Syariah, MNC, dan OVO.
"Blibli juga memenuhi kebutuhan pelanggan dengan jaminan 100 persen orisinal, gratis ongkir, 15 hari return, pengiriman cepat meliputi 2 jam sampai, instant hingga same day. Selain itu, pembayaran aman dengan berbagai macam pilihan pembayaran, serta layanan customer service 24/7," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Chief Economist DBS Bank, Taimur Baig memproyeksi ekonomi Indonesia tumbuh 5 persen di tahun 2024. Hal itu ditopang oleh belanja atau konsumsi rumah tangga.
“Kami setuju dengan perkiraan resmi pemerintah mengenai pertumbuhan sekitar 5 persen tahun ini. Kami berpendapat bahwa pendorong pertumbuhan ekonomi adalah investasi dan konsumsi dalam negeri,” kata Taimur Baig dalam konferensi pers di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (21/5).
Sementara itu, Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky mengingatkan bahwa penurunan daya beli masyarakat bisa saja terjadi. Apalagi harga pangan saat ini terus meningkat.
"Kenaikan harga pangan juga mendorong penurunan daya beli masyarakat, dan mengendalikan harga pangan menjadi isu yang paling mendesak dalam menjaga tingkat inflasi," kata Riefky dalam laporannya.
ADVERTISEMENT