Belum Genap Setahun, MRT Jakarta Sudah Dapat Laba Rp 60 Miliar

27 November 2019 13:32 WIB
Ilustrasi Kereta MRT Jakarta.  Foto: AFP/BAY ISMOYO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kereta MRT Jakarta. Foto: AFP/BAY ISMOYO
ADVERTISEMENT
PT MRT Jakarta baru beroperasi secara komersial pada Bulan April 2019. Mulanya, penumpang MRT Jakarta ditargetkan hanya 65.000 sehari. Namun, saat ini sudah mencapai 90.000 penumpang setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Jumlah penumpang itu tentu menambah penghasilan MRT Jakarta dari segi pembelian tiket. Selain dari tiket, MRT juga mendapatkan tambahan pemasukan dari nontiket seperti iklan sampai penamaan stasiun.
Direktur Utama MRT Jakarta William Syahbandar mengungkapkan, sejauh ini pihaknya sudah mendapatkan pemasukan mencapai Rp 1 triliun yang membuat laba yang dihasilkan mencapai Rp 70 miliar.
“Selama 9 bulan MRT operasi yang kita keluarkan mencapai Rp 940 miliar. Jadi Rp 1 triliun pendapatan, Rp 940 miliar pengeluaran. Sehingga kita dapat laba bersih sekitar Rp 60 miliar sampai Rp 70 miliar,” kata William di Kantor MRT, Jakarta, Rabu (27/11).
Pengeluaran yang dimaksud William digunakan seperti untuk perawatan sarana sampai biaya operasional. William mengatakan angka laba bersih itu baru perhitungan dari pihak MRT. Secara resmi MRT Jakarta masih menunggu audit terkait jumlah pendapatan di tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, William menjelaskan angka laba bersih itu berdasarkan penghitungan matang. Ia lalu membeberkan rincian dari pendapatan tiket yang angkanya total mencapai sekitar Rp 180 miliar. Angka itu dihasilkan dari jumlah penumpang sampai Bulan November sudah mencapai hampir 20 juta.
“Hari ini sampai 26 November (jumlah penumpang) sudah hampir 20 juta yang naik,” ujar William.
Kereta MRT Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Dari 20 juta itu rata-rata penumpang setiap bulannya sudah mencapai 83.516 dan jumlah rata-rata tertinggi penumpang per hari ada di angka 93.165 orang. “Kita berharap naik 91.000, naik lagi jadi 100.000 (penumpang),” ungkap William.
Sementara pendapatan nontiket, MRT Jakarta mengandalkan adanya periklanan, penamaan stasiun, ritel dan UMKM, sampai telekomunikasi. Total dari pendapatan selain tiket sudah mencapai Rp 225 miliar.
ADVERTISEMENT
“Pendapatan non farebox selama 9 bulan beroperasi itu sebesar Rp 225 miliar ini yang akan kita bukukan,” ungkap William.
William mengharapkan angka pendapatan dari non tiket tersebut terus meningkat. Sebab, ia menginginkan MRT Jakarta tidak hanya bergantung pada jumlah pembelian tiket.
“Ini inovasi yang kita kerjakan di mana-mana kalau di dunia kalau mau berkelanjutan, sustainable, maka jangan hanya mengandalkan pendapatan tiket. Harus dari pendapatan nontiket juga. Ini yang kita kembangkan sekarang,” terang William.
Selain dari 2 pintu tersebut, William menuturkan pendapatan MRT masih ada pendapatan yang berasal dari subsidi Pemprov DKI mencapai Rp 560 miliar. Subsidi itu mayoritas digunakan untuk tiket para penumpang MRT. Ada juga pendapatan lainnya seperti bunga bank.
ADVERTISEMENT
“Jadi ada 4 pendapatan MRT. Pertama tiket senilai Rp 180 miliar. Non farebox Rp 225 miliar. Ketiga PSO atau subsidi Rp 560 miliar dan pendapatan lain-lain itu seperti bunga bank sekitar Rp 4 miliar,” tutur William.