Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
MRT Jakarta sudah menjadi salah satu pilihan masyarakat dalam menggunakan transportasi umum. Hal itu bisa dilihat dari jumlah penumpang yang semula ditarget hanya 65.000 setiap harinya, saat ini sudah mencapai 90.000 orang.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, PT MRT Jakarta selaku operator tidak ingin terpaku dengan pencapaian tersebut. Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo pada 24 Maret 2019, MRT Jakarta membuat beberapa langkah lain.
Lalu, apa saja layanan yang bakal disiapkan oleh PT MRT Jakarta?
Bikin QR Code
PT MRT Jakarta menyiapkan sistem pembayaran tiket terbaru dengan menggunakan QR Code. Jika tak ada halangan, penggunaan sistem pembayaran ini akan mulai diimplementasikan pada Januari 2020.
"1 Desember (QR Code) kita akan uji karena 1 Januari (2020) diharapkan tidak ada lagi persoalan. Jadi nanti pakai scan," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Korporasi PT MRT Jakarta, Tuhiyat.
Sambil menunggu kesiapan QR Code, ada sejumlah pilihan bagi masyarakat untuk naik MRT Jakarta. MRT Jakarta sudah menyediakan kartu single trip atau STT.
ADVERTISEMENT
Menurut Tuhiyat, pembayaran tiket MRT Jakarta menggunakan STT kurang efisien karena penumpang masih menggunakan uang cash dan harus kembali menukarkan uangnya setelah tiba di stasiun tujuan.
Setelah ini akan ada perbaikan dari penerapan sistem STT. Penumpang tidak harus refund atau mengembalikan tiket ke petugas karena akan ada mesin yang disiapkan. Dengan langkah itu, penumpang cukup membayar perjalanan.
Pilihan lainnya adalah dengan tiket multi trip atau MTT yang akan segera diluncurkan.
Bakal bangun 5 TOD
Menurut Tuhiyat, fasilitas lain yang disiapkan adalah kawasan Transit Oriented Development (TOD). Rencananya ada 5 TOD yang dikembangkan dari MRT Fase I Bundaran HI-Lebak Bulus.
"Mana saja 5 kawasan itu, yang pertama di kawasan Dukuh Atas diawali peresmian oleh Pak Gubernur," kata Tuhiyat.
ADVERTISEMENT
Kawasan Dukuh Atas setidaknya sudah mulai tersambung dengan kereta bandara dan commuter line. Di kawasan Dukuh Atas juga direncanakan dibangun rumah susun terpadu. Berbagai fasilitas yang mendukung juga akan terus dikembangkan.
"Kita akan KBT (Kawasan Berorientasi Transit) kan dengan Istora Senayan karena itu kawasan elite, kawasan sentral di sini. Jadi kalau mau ada apa di SCBD itu nanti terkoneksi semua," ujar Tuhiyat.
Selain Dukuh Atas dan Istora Senayan, kawasan berikutnya yang bakal dikembangkan TOD adalah Blok M. Tuhiyat menjelaskan, MRT Jakarta sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait demi kelancaran konsep yang disiapkan.
Rencananya wilayah yang dikelola sebagai TOD meliputi dari area m bloc sampai Pasaraya atau Blok M Square.
"Yang keempat di kawasan Fatmawati karena ini untuk menampung selatan. Penumpang dari selatan dan terakhir di Lebak Bulus," ungkap Tuhiyat.
ADVERTISEMENT
5 lokasi tersebut konsepnya tidak semuanya sama. Ada lokasi yang bisa didirikan perumahan, tetapi ada juga yang hanya dikembangkan seperti adanya taman.
Dari mana pendapatan MRT Jakarta?
Tuhiyat menjelaskan, sejauh ini ada 3 bidang yang jadi pemasukan yaitu subsidi, farebox, dan non farebox.
"Non farebox artinya pendapatan di luar tarif itu non fare. Satu, iklan ini yang namanya advertising sekitar Rp 124 miliar ini iklan. Kalau anda ke MRT lihat itu semua iklan," kata Tuhiyat.
Selain itu ada juga telekomunikasi yang semula hanya Telkomsel, saat ini semua provider sudah akses di Stasiun MRT.
Pemasukan berikutnya dari segi non farebox adalah ritel. Ritel ini dibagi dari yang branded dan UMKM yang bisa berjualan di Stasiun MRT. Produk yang dijual harus terlebih dulu dikurasi oleh Bekraf.
ADVERTISEMENT
Tuhiyat memaparkan ritel juga sebenarnya tidak menyumbang begitu banyak pendapatan untuk MRT Jakarta.
Pendapatan yang terbesar dari segi non farebox adalah penamaan stasiun. Sejauh ini ada 5 stasiun yaitu Setiabudi, Blok M, Istora, Dukuh Atas, dan Lebak Bulus.
Tuhiyat menjelaskan biaya tertinggi penamaan stasiun ada di Lebak Bulus karena menjadi nama stasiun yang paling sering disebut.
Tuhiyat memastikan stasiun-stasiun lainnya bakal diberikan penamaan. Saat ini proses tersebut masih berlangsung. Khusus untuk Stasiun Bundaran HI, Tuhiyat mengaku belum bisa memutuskan korporasi mana yang bakal mendapatkannya.
Sementara itu pendapatan dari tiket atau farebox. Dari target penumpang sebanyak 65.000 setiap harinya, kini jumlahnya sudah mencapai rata-rata 90.000 setiap hari.
"Kalau dirata-rata selama operasi kita 8 bulan itu rata-rata banyaknya per orang itu Rp 8.000 rata-rata (harga tiket). Jadi Rp 8.000 capai jumlah kita penumpang 90.000 per hari jadi melebihi target yang 65.000. Jadi sekitar 18 persen total Rp 180 an miliar,” terang Tuhiyat.
ADVERTISEMENT
Tuhiyat menuturkan salah satu yang paling berpengaruh menjadi pendapatan MRT Jakarta adalah subsidi dari Pemprov DKI. Kalau tidak disubsidi, harga tiket dari Stasiun MRT dari Bundaran HI ke Lebak Bulus bisa mencapai Rp 30.000.
“Subsidinya kurang lebih sekitar Rp 560 miliar. (Itu) 9 bulan dari 1 April sampai Desember,” terang Tuhiyat.
Tuhiyat menjelaskan subsidi itu akan dibayarkan Pemprov DKI setelah diaudit oleh BPK. Sehingga untuk menjalankan operasional sehari-hari, MRT Jakarta menggunakan pemasukan dari non farebox.