Berat Tanggung Beban Operasional, Kimia Farma Bakal Tutup 5 Pabrik

19 Juni 2024 20:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirut Kimia Farma, David Utama. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dirut Kimia Farma, David Utama. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk (KAEF), David Utama, mengatakan pihaknya berencana menutup lima pabrik obatnya. Hal itu dikarenakan beban operasional perusahaan terlalu tinggi karena utilisasi pabrik yang dimiliki tak pernah lebih dari 40 persen.
ADVERTISEMENT
"Efisiensi. Jadi fasilitas yang kita punya disesuaikan dengan kebutuhan yang kita perlukan," kata David ditemui di kompleks DPR RI usai RDP dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (19/6).
David mengatakan perusahaan belum memutuskan skemanya, apakah lima pabrik yang akan ditutup itu akan didivestasikan. Sementara untuk karyawan yang bekerja, akan dilakukan mekanisme sesuai peraturan perundang-undangan. David memastikan karyawan yang terdampak diperlakukan adil.
Penutupan lima pabrik obat ini akan dilakukan paling cepat dalam dua tahun ke depan. "Rasionalisasi pabrik obat pengurusan izinnya bisa dua tahun. Jadi ini akan berjalan. Enggak mungkin setahun selesai," tegasnya.
Anggota DPR RI, M Husni mempertanyakan keputusan Kimia Farma tersebut.
PT Kimia Farma Apotek. Foto: Kimia Farma
"Saya melihat Kimia Farma mempunyai 10 pabrik, mau ditutup lima. Hebat ini Pak, bangun pabrik itu setengah mati. Tapi kalau mau meninggalkannya seperti tekan tombol saja," kata Husni dalam forum RDP.
ADVERTISEMENT
Politisi Golkar tersebut juga menyinggung bagaimana memenuhi kebutuhan kesehatan bagi populasi Indonesia yang besar ini.
"Saya enggak tahu alasannya apa pabrik mau ditutup sampai lima. Apakah kalau inefisiensi bikin efisiensi. Apalagi hari ini kita dengan 270 juta penduduk, industri obat mestinya dia naik naik naik dan terus meningkat," kata Husni.
Berdasarkan laporan keuangan dan tahunan, KAEF membukukan penjualan menjadi Rp 9,96 triliun pada 2023, naik 7,93 persen dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar Rp 9,23 triliun. Meski penjualan meningkat, KAEF mencatatkan laba rugi tahun berjalan sebesar Rp 1,81 triliun pada 2023.
Penurunan laba pada 2023 dipengaruhi antara lain oleh penurunan kapasitas di 10 pabrik yang dimiliki, hingga beban keuangan yang naik 18,49 persen secara tahunan, juga HPP yang naik 25,83 triliun.
ADVERTISEMENT