Berbagai Masalah Beras: Harga Tinggi, Impor Sulit

2 Maret 2024 6:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beras di Pasar Gondangdia, Jakarta pada Jumat (1/3/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Beras di Pasar Gondangdia, Jakarta pada Jumat (1/3/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
Komoditas beras kini dihantam sejumlah masalah. Tidak hanya harganya yang melambung tinggi dan mencapai rekor termahal sepanjang sejarah, namun juga pemerintah kesulitan untuk mengimpornya.
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut harga beras di Bulan Februari 2024 ini menjadi harga beras tertinggi sepanjang sejarah. Kenaikan harga beras ini sudah terpantau sejak tahun 2022.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah, memaparkan data tren harga beras melesat dari awal 2022 hingga Februari 2024, begitu juga dengan harga gabah.
"Harga beras secara nasional yang dicatat adalah, ini juga perlu menjadi catatan, adalah harga rata-rata dari berbagai jenis kualitas seluruh beras di seluruh kabupaten/kota IHK, ini di mana bulan Februari 2024 merupakan harga tertinggi dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya," kata Habibullah saat konpers di kantornya, Jumat (1/3).
Harga beras juga naik di tingkat grosir. Kenaikannya di Februari 2024 ini sebesar 5,96 persen secara bulanan, dan 20,08 persen secara tahunan. Sedangkan di tingkat eceran, harga beras naik 5,28 persen secara bulanan dan 19,28 persen secara tahunan.
ADVERTISEMENT
Sebagai pembanding, harga beras di tingkat eceran pada Februari 2022 masih di bawah Rp 12.000, kemudian di Februari 2023 naik menjadi Rp 12.707, dan pada Februari 2024 ini sudah tembus Rp 15.157.
"Kenaikan harga beras terjadi di semua rantai distribusi. Harga beras di penggilingan di bulan Februari 2024 naik 6,76 persen secara bulanan, dan naik 24,65 persen secara tahunan," katanya.

Makanan di Warteg Catat Inflasi 0,3 Persen

Habibullah mengatakan harga beras yang naik itu turut berimbas kenaikan harga nasi dan lauk-pauk di rumah makan, termasuk warteg. "Jadi ketika kita makan di mana pun juga, tidak hanya di warteg, dengan komoditas namanya nasi dengan lauk pauk tercatat mengalami kenaikan," ujarnya.
"Jadi kita turut mendata juga ini (nasi dan lauk-pauk) naik sebesar 0,30 persen, jadi ada andil inflasinya signifikan yaitu 0,01 persen," sambung Habibullah.
ADVERTISEMENT

Impor Beras Sulit

Presiden Jokowi dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) kompak mengatakan impor beras sedang sulit. Menurut Jokowi, hal itu disebabkan konflik geopolitik yang terjadi di berbagai wilayah.
"Kalau dulu banyak yang menawarkan pada kita misalnya beras, hampir semua negara produsen beras menawarkan berasnya kepada kita. Sekarang ini kita mencari beras ke negara-negara produsen, itu juga tidak gampang dan tidak mudah, karena semuanya sekarang ini ngerem untuk tidak ekspor bahan pangannya," kata Jokowi, Rabu (28/2).
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengaku kesulitan memenuhi permintaan Jokowi untuk menyediakan 1,5 juta ton beras di 2023. Padahal Arief sebelumnya menargetkan 1,5 juta ton penugasan sisa tahun 2023 bisa masuk seluruhnya Januari 2024.
Sedangkan kini sudah masuk bulan Maret, nampaknya itu meleset dari target. Belum rampung mengabulkan permintaan Jokowi tambah beras impor 1,5 juta ton di 2023, tahun 2024 ini pemerintah sudah menambah lagi 1,6 juta ton, dari rencana awal 2 juta ton di 2024. Arief mengaku ngos-ngosan.
ADVERTISEMENT
"Tahun ini kita buka kan 2 juta. Jadi kita masih mempersiapkan yang 1,5 juta ton. Jangan ngomong 1,6 juta ton (2024), 1,5 juta ton itu ngos-ngosan nyarinya," tegas Arief.