Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Bermodal Cabai 1 Kg, Sambal Surabaya Ini Sudah Diekspor Hingga ke AS
28 Oktober 2018 11:15 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Ada yang menarik di gelaran Trade Expo Indonesia 2018, salah satunya yakni mejengnya botol-botol sambal asal Surabaya yang ternyata sudah diekspor hingga Los Angeles, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Salah seorang pegawai, Erna, mengatakan perusahaan sambal yang dalam bulan ini telah mengirim lebih dari 750 botol ke Los Angeles itu, diinisiasi pada November 2011 lalu. Ialah Susilaningsih, seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Jawa Timur yang awalnya memulai usaha itu dengan bermodalkan cabai 1 kg. Sembari mengurus izin produksi, ia mencoba meracik resep sambal.
Sambal Surabaya itu mulanya hanya dititipkan di toko-toko dekat tempat produksi sebelum akhirnya kian berkembang.
"Kami dulu titip per toko, terus di depan rumah kebetulan ada supermarket yang cukup gede, kita awalnya di situ. Terus bisa masuk Carrefour itu awalnya pameran. Ketemu sama managernya, itu 2015," kata Erna ketika ditemui kumparan di area pameran hall 9 ICE BSD Tangerang, Banten (27/10).
ADVERTISEMENT
Erna menerangkan, sambal Surabaya yang diproduksi di tempatnya bekerja itu banyak diminati tak hanya konsumen domestik, tapi juga luar negeri. Sebab sambal yang diproduksi itu tak menggunakan MSG.
"Katanya enak, kalau jaman sekarang kan menghindari MSG, dan kita tanpa MSG. Produksi proses 3 hari, sehari petik cabai, sehari masak, sehari lagi packaging. Tahan sampai 2 tahun. Cara masaknya emang benar-benar teliti, waktu masak sehari. Kita cara masaknya tradisional, penggorengannya tapi sudah pakai mesin. Pokoknya, semua fresh bahan dan cabainya," tuturnya.
Untuk kebutuhan bahan utama seperti cabai dan bawang merah, dipasok dari wilayah sekitar Jawa Timur seperti Madura, Jombang, Kediri dan Trenggalek.
Awal produksi, sambal Surabaya ini hanya dibuat menjadi 4 macam sambal, yaitu sambal Surabaya ekstra pedas, sambal teri, sambal ikan peda dan sambal ikan jambal.
ADVERTISEMENT
Sementara saat ini total varian rasa tak kurang dari 13 rasa, yaitu Sambal Surabaya, Sambal Ikan Roa, Sambal Ikan Jambal Roti, Sambal Sereh, Sambal Ikan Klotok, Sambal Korek, Sambal Rujak Manis, Sambal Pecel, dan Sambal Goreng Kering Tempe. Masing-masing sambal pun memiliki tingkat kepedasan yang berbeda, yaitu ekstra pedas, medium dan cabai hijau.
"Untuk yang best seller Surabaya, Korek, sama Roa," ucapnya.
Tak hanya melanglang buana ke Amerika Serikat, sambal Surabaya bermerek Dede Satoe yang merupakan nama gang yang letaknya di Jalan Tenggilis Timur VI Surabaya itu juga disukai oleh pembeli dari Dubai dan Korea.
"Kemarin dapat buyer dari Dubai dan Korea, tadi kita sudah kasih sample, ke depannya pakai website WA gitu. 750 botol ke LA bulan ini, kita sudah kerja sama dengan LA kurang lebih 2 tahun," kata dia.
ADVERTISEMENT
Di TEI 2018 pun, Erna mengaku produk sambal yang dijual mulai harga Rp 25.000 hingga Rp 35.000 itu juga dilirik oleh eksportir.
"Timur Tengah iya ada, kemarin Korea, tadi ada Dubai lagi. Korea sirih, korek, Surabaya. Itu 600 botol," imbuhnya.
Sementara untuk pasar domestik, sambal Surabaya ini banyak dipasarkan di supermarket hingga dipromosikan lewat beragam pameran.
"Penjualannya Carrefour sudah masuk, nasional. Jumlahnya kurang lebih kalau sekali ngambil di atas 500 botol, ada juga di SMESCO Jakarta Selatan kita pasarkan," tambahnya.
Adapun kendala dalam usaha sambal Surabaya ini, kata Erna selain kadangkala harga cabai yang naik, juga kelayakan dalam proses ekspor yang mencakup standar Bisphenol A (BPA).
Menyoal harga cabai yang bisa naik tajam, Erna mengatakan langkah yang dilakukan untuk mengatasinya ialah dengan meningkatkan kapasitas produksi.
ADVERTISEMENT
"Kami sudah hafal, kalau cabai naik kami nyetoknya bukan bahan baku, tapi barang jadi. Jadi sudah matang, itu sudah terbaca kita sudah tahu. Ini masuk bulan Desember Januari biasanya bulan Desember itu merambah naik sampai februari, Maret. Tapi kami sudah hitung," kata dia.
Sementara untuk standar BPA, Erna menyampaikan pihaknya terus melakukan pengurusan agar bisa diekspor ke lebih banyak negara.
"Kalau kami mampu ya bisalah, kemarin kami melakukan uji lab ada 4 item, terus botolnya yang harus BPA, ke sana katanya oke. Kemarin orangnya ke sini, orang AS minta lagi contoh botolnya minta BPA yang sudah steril, kami ngirim katanya sudah oke," tutupnya.