Bermodal Rp 1 Juta, Agen BRILink Pulau Komodo Raup Laba Rp 250 Juta

29 Juli 2019 11:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Arsyad Makadau, agen BRILink asal Pulau Komodo. Foto: Wendiyanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Arsyad Makadau, agen BRILink asal Pulau Komodo. Foto: Wendiyanto/kumparan
ADVERTISEMENT
“Kalau mau maju, kamu tinggal lah di tempat terpencil,” pesan seorang kawan asal Bima, Nusa Tenggara Barat itu, terngiang terus hingga kini di benak Muhammad Arsyad Makadau.
ADVERTISEMENT
Awalnya, kata Arsyad, dia tak memahami makna di balik pesan itu. Tapi mengikuti saran kawan tersebut, dia memilih bertahan tinggal di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, tempat kelahirannya. Niatnya merantau untuk mencari penghidupan yang lebih baik, dia urungkan.
Pulau Komodo cukup ternama di Indonesia, bahkan dunia. Tapi lokasinya tak mudah dijangkau. Dari Labuan Bajo yang memiliki bandara terdekat ke sana, Pulau Komodo masih harus ditempuh selama 3 jam dengan kapal.
“Bahkan bisa 4 jam, bergantung kondisi gelombang laut. Jadi dulu kalau perlu ke bank, dari Pulau Komodo harus ke Labuan Bajo yang ada Bank BRI. Untuk pulang lagi harus tunggu besok, mengikuti jadwal kapal. Jadi harus menginap,” tutur Arsyad mengenang.
ADVERTISEMENT
Dari kesulitan tinggal di lokasi terpencil itulah, dia menangkap peluang. Yakni melayani transaksi perbankan warga Pulau Komodo, melalui fasilitas SMS banking. Jasa ini mulai dia lakoni pada 2008. Saat itu belum ada agen BRILink.
“Awalnya pun saya enggak percaya kalau bisa terima dan kirim uang lewat SMS. Tapi kawan saya di Bima itu meyakinkan. Saya pun datang ke kantor BRI di Labuan Bajo, lalu mendaftarkan nomor HP saya untuk bisa (transaksi) SMS banking,” kata pria 38 tahun itu, saat ditemui di Labuan Bajo, Kamis (25/7).
Direktur Utama BRI, Suprajarto. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Dari situlah hikmah tinggal di tempat terpencil, seperti yang disarankan kawannya, dia raih. Jasa transaksi perbankannya, makin hari makin dikenal warga Pulau Komodo.
“Pertama mereka enggak percaya (bertransaksi lewat SMS banking). Mungkin takut uangnya hilang. Satu per satu warga itu saya yakinkan. Bahkan saya janji mengganti, kalau uang kiriman mereka tak diterima di tujuan,” ujar Arsyad memaparkan masa-masa merintis usaha.
ADVERTISEMENT
Dari setiap transaksi rata-rata Rp 1 juta, dia mengutip komisi Rp 25.000. Kebanyakan warga mengirimkan uang bulanan, bagi anak mereka yang bersekolah di luar pulau.
Seiring waktu, jasa yang ditawarkan Arsyad makin dikenal warga. Nasabahnya pun semakin banyak. Batas maksimal transaksi SMS banking yang dimilikinya, sebesar Rp 1 juta sudah tak memadai lagi.
Hanya dalam waktu dua bulan sejak mengawali usahanya itu, Arsyad pun mengajukan kenaikan plafon transaksi jadi Rp 10 juta.
Ayah empat anak itu menuturkan, kini layanan transaksinya semakin berkembang. Khususnya setelah dia bergabung menjadi agen BRILink pada 2013. Perangkat Electronic Data Capture (EDC) yang diperoleh dari Bank BRI, memperbanyak ragam transaksi yang bisa dilayani.
Warga tengah mengantre layanan perbankan melalui agen BRILink. Foto: Prili Fitria/kumparan
Tak cuma menerima setoran dan penarikan uang tunai, tapi juga penjualan pulsa telepon dan listrik, serta pembayaran angsuran pinjaman. Jumlah nasabahnya hampir 2 ribu orang. Sementara nilai transaksi per hari bisa mencapai Rp 60 juta.
ADVERTISEMENT
Bahkan di saat-saat tertentu, transaksinya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Misalnya saat pembayaran tunjangan Program Keluarga Harapan (PKH).
"Itu saya terima dari Pemda bisa Rp 300 juta. Dalam setahun ada tiga kali. Dana itu untuk diserahkan ke warga Pulau Komodo yang berhak menerimanya. Jadi mereka tinggal datang ke saya."
Arsyad pun dipertemukan dengan Direktur Utama Bank BRI Suprajarto serta Direktur Layanan dan Jaringan Bank BRI Osbal Saragi, yang sedang berkunjung ke Labuan Bajo, Kamis (25/7) lalu.
“Saya (mengucapkan) terima kasih sekali sama Pak Dirut. Kalau enggak ada BRI, saya tak akan seperti sekarang,” katanya penuh suka cita di hadapan Suprajarto dan Osbal.
Layanan BRILink Meningkat Pesat. Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
Suprajarto pun menanyakan keuntungan yang diraih Arsyad, sebagai agen BRILink. “Saya enggak bisa hitung hari-hari atau bulanan. Tapi dalam setahun, saya bisa dapat (laba) Rp 250 juta,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Suprajarto mengakui, agen BRILink yang kini hampir sebanyak 450 ribu orang, punya potensi besar. “Mereka itu yang jadi ujung tombak mengenalkan layanan perbankan ke masyarakat. Itu yang kita sebut sebagai literasi keuangan,” katanya.
Dia pun berencana mengembangkan kapasitas agen BRILink, untuk bisa melayani pembukaan rekening. Bahkan menjadi reveral penyaluran kredit yang menjadi produk-produk Bank BRI.
“Secara teknis sudah kita uji coba dan bisa. Tinggal menunggu izin dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan,” imbuh Suprajarto kepada wartawan.
Arsyad Makadau dan istrinya, Mulviyati. Mereka sukses meningkatkan taraf ekonomi bersama Bank BRI. Foto: Wendiyanto/kumparan
Sementara itu, seiring pekerjaan Arsyad sebagai agen BRILink, istrinya yakni Mulviyati, juga memiliki usaha perdagangan bahan pokok serta menjadi agen aneka suvenir khas Pulau Komodo.
Usaha itu dikelola di sebuah toko merangkap gudang, yang terpisah dari rumahnya. Selain itu, mereka juga punya aset dua bidang tanah, yang dikelola untuk usaha pertanian.
ADVERTISEMENT
Perkembangan usahanya, membuat Mulviyati harus mengajukan kredit ke BRI. “Saya ada kredit Rp 100 juta. Bukan KUR (Kredit Usaha Rakyat). Kalau KUR (plafonnya) sudah enggak cukup lagi,” papar Mulviyati yang bersama Arsyad ikut menemui Direksi Bank BRI.
Sejalan berkembangnya usaha mereka, kini Arsyad juga merambah ke bisnis transportasi kapal. Sebuah kapal pinisi seharga Rp 1 miliar, dibelinya dari hasil usaha sebagai agen BRILink.