Bisakah Kota Palu Dibangun Lagi Jadi Pusat Ekonomi Sulteng Pascagempa?

12 Oktober 2018 10:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Basarnas hentikan proses pencarian jenazah di Hotel Roa-Roa, Kota Palu. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Basarnas hentikan proses pencarian jenazah di Hotel Roa-Roa, Kota Palu. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wilayah Kota Palu di Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah yang sering terjadi gempa bumi. Penyebabnya secara geologi regional, daerah Palu dan sekitarnya didominasi oleh endapan yang merugikan di antaranya adalah potensi likuifaksi.
ADVERTISEMENT
Likuifaksi adalah bencana yang bisa merusak kondisi infrastruktur. Saat ini Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang melakukan mitigasi bencana dengan memetakan daerah yang pernah terjadi gempa bumi dan tsunami yang disajikan dalam peta rawan gempa bumi dan tsunami.
"Penataan ruang hendaknya berbasis kebencanaan termasuk semua infrastruktur bangunan harus mempertimbangkan aspek kegempaan. Ini salah satu upaya mitigasi pengurangan risiko bencana geologi," ungkap Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar saat paparan dalam acara Geoseminar mengenai Informasi Geologi Sebagai Dasar Untuk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca terjadinya Gempabumi Palu di Ruang Sarula Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (12/10).
Secara umum acara ini bertujuan untuk menyampaikan data terbaru tentang kondisi Kota Palu dan sekitarnya dari aspek geologi. Dia pun menyatakan Kota Palu pascagempa bumi bisa saja kembali dibangun menjadi pusat ekonomi Sulteng, namun harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu.
Pesisir Palu pasca-gempa dan tsunami. (Foto: AFP/Jewel Samad)
zoom-in-whitePerbesar
Pesisir Palu pasca-gempa dan tsunami. (Foto: AFP/Jewel Samad)
"Harapan pemerintah, Kota Palu yang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah yang didesain sebagai pusat logistik terpadu dan industri pengolahan pertambangan di wilayah Sulawesi, dapat tumbuh dan dikembangkan kembali setelah gempabumi ini," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Rudy berharap dalam 1 bulan rekomendasi teknis dari Badan Geologi akan dikeluarkan dan diharapkan dapat digunakan untuk keperluan rehabilitasi Kota Palu dan sekitarnya.
"Semua penyelidikan ini masih berlangsung," ucapnya.
Mengacu pada data pusat survey Geologi-Badan Geologi, Kementerian ESDM tercatat lebih dari 10 kali gempa bumi merusak kawasan Sulawesi Tengah antara lain gempa bumi Bora-Tondo 1938, gempa bumi Tambu 1968, gempa bumi Donggala 1998, gempa bumi Gimpu 1985, gempa bumi Palu 2005 dan 2009, gempa bumi Kulawi 2012 dan gempa bumi Palu-Donggala-Sigi 2018. Data dan informasi tersebut menujukkan secara regional daerah Palu-Donggala-Sigi adalah daerah rawan gempa bumi yang harus di waspadai.