Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Bos Antam Curhat Masalah Internal Bikin Produksi Nikel Tak Berkembang 50 Tahun
15 September 2022 18:24 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Nicolas menjelaskan, Antam sudah menjadi pemain lama dalam industri hilirisasi nikel selama 50 tahun. Namun, lantaran smelter Feronikel di Halmahera Timur (Feni Haltim) belum kunjung berproduksi sehingga kalah saing dengan produksi smelter lain.
Adapun sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin, sempat menyinggung smelter Feni Haltim milik Antam yang terkendala pasokan listrik, sehingga penyelesaiannya mundur dari target.
"Antam walaupun jadi legacy kita, tapi kok beberapa smelter yang dibangun di Indonesia belakangan produksinya begitu cepat. Dua perusahaan saya bekerja baik Vale dan Antam sebegitu saja produksinya jadi kita harus banyak belajar," katanya dalam Webinar Hilirisasi Minerba, Kamis (15/9).
Dia berpendapat bahwa ada masalah yang harus diselesaikan secara internal. Terutama permasalahan dari sisi project delivery atau kemampuan penyelesaian proyek yang telah direncanakan Antam.
ADVERTISEMENT
"Saya sendiri kurang tahu apakah karena aturan atau kebijakan, tapi saya mengakui internally Antam tidak punya track record yang baik di dalam delivery project, bermasalah dengan mitra dari delivery project itu sendiri, jadi semua ini kita melihat banyak yang harus kita pelajari," ungkap Nicolas.
Meski begitu, Nicolas memastikan jika Antam berkomitmen mengikuti instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi), yaitu mengembangkan hilirisasi nikel untuk ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) terintegrasi dari hulu sampai hilir.
Beberapa waktu lalu, Antam memulai kerja sama pengembangan industri baterai dengan perusahaan global ternama yaitu LG Energy Solution (LGES) dan PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd (CBL). Perseroan juga bermitra dengan PT Indonesia Battery Company (IBC).
ADVERTISEMENT
"Saat ini masih dalam tahap negosiasi, kita belum ada finalnya kita sudah tanda tangani framework agreement tapi saat ini masih dalam negosiasi lebih lanjut dengan LGES," jelasnya.
Meski begitu, Nicolas berharap jika penandatanganan definitive agreement akan dilakukan di akhir tahun ini dengan konsorsium LGES, Antam, dan IBC. Komitmen kerja sama ini nantinya adalah pembangun industri baterai kendaraan listrik secara end to end dengan nilai investasi mencapai USD 8 miliar.