Bos-bos Migas Dunia Kumpul di Bali, Bahas Transisi Energi di Tengah Perang Rusia

23 November 2022 10:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto (Tengah) membuka International Convention Oil and Gas of Indonesia Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Rabu (23/11/2022).  Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto (Tengah) membuka International Convention Oil and Gas of Indonesia Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Rabu (23/11/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Bos-bos minyak dan gas (migas) dunia berkumpul di Nusa Dua, Bali, dalam acara International Convention Oil and Gas of Indonesia Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022). Ada tiga isu yang diusung dalam pertemuan ini, mulai dari pemulihan ekonomi, ketahanan energi, hingga transisi energi.
ADVERTISEMENT
Sejumlah perusahaan migas dunia yang hadir di antaranya Harbour Energy, PetroChina, Pertamina, MedcoEnergi, ExxonMobil, British Petroleum, hingga PLN.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, industri migas global saat ini menghadapi tantangan seiring dengan konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Situasi ini menyebabkan gangguan pasokan energi dan pangan yang berimbas pada kenaikan harga. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan ancaman inflasi, krisis ekonomi, dan energi.
Tren global lain yang mempengaruhi industri migas adalah isu transisi energi. Setelah Protokol Kyoto, Perjanjian Paris, dan KTT G20 di Bali, banyak negara, termasuk Indonesia, berkomitmen penuh untuk mengurangi emisi karbon.
“Di industri migas, kami melihat bahwa beberapa perusahaan minyak besar telah memasukkan pengurangan karbon dan investasi energi terbarukan dalam strategi portofolio mereka,” kata Dwi dalam pembukaan IOG 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Rabu (23/11).
ADVERTISEMENT
Untuk menghadapi ini, menurut Dwi, investasi migas perlu ditingkatkan karena perlu memasukkan program pengurangan karbon seperti CCUS atau penangkapan dan penyimpanan karbon. Di sisi lain, persaingan untuk mendapatkan investasi di bidang migas semakin meningkat. Dwi memperkirakan industri hulu migas butuh investasi USD 179 miliar.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto (kanan) dan Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto di International Convention Oil and Gas of Indonesia Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Rabu (23/11/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Di era transisi energi, LNG akan memainkan peran penting karena kebutuhan pasokan gas alam yang mendesak di Eropa, serta pertumbuhan populasi dan ekonomi di negara-negara Asia seperti India dan Indonesia.
“Sebagai negara yang memiliki pengalaman luas sebagai Produsen LNG, Indonesia memiliki peluang yang sangat baik untuk menarik investasi,” ujarnya.
Sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat, Indonesia diprediksi akan menjadi ekonomi terbesar ke-4 dunia pada tahun 2030. Untuk mendukung pertumbuhan ekonominya, Indonesia membutuhkan lebih banyak energi. Karena itu, energi terbarukan akan memainkan peran penting di masa depan.
Booth SKK Migas di International Convention Oil and Gas of Indonesia Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Rabu (23/11/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
“Namun, kami masih perlu memaksimalkan nilai sumber daya minyak dan khususnya gas kami untuk memastikan keamanan dan keterjangkauan energi di kawasan ini sambil memenuhi ambisi bebas emisi karbon.Karena itu, kami menargetkan produksi minyak 1 juta barel per hari dan produksi gas 12 BSCFD pada 2030,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dari semua target ini, Dwi mengatakan kolaborasi antara kontraktor dan pemerintah sangat penting. SKK Migas yang menjembatani kedua pihak ini, menurut Dwi, sangat terbuka dengan data-data potensial dari lapangan migas Tanah Air.
“Ini semua akan buka mata investor bahwa Indonesia cukup bagus dan ingin kita tunjukkan dari iklim investasi,” ujarnya.
Dwi mengeklaim antusiasme masyarakat dan investor terhadap forum ini sangat tinggi. Terlihat ada 1.600 orang yang hadir secara offline dan 23.500 secara online dari 74 negara.