Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Menjadi wirausaha termasuk membangun startup atau perusahaan rintisan, kini telah menjadi pilihan banyak milenial. Mereka tak lagi bergantung pada lowongan kerja begitu lulus kuliah.
ADVERTISEMENT
Merespons hal tersebut, CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro, mengungkap rahasia sukses membangun perusahaan rintisan atau startup, yang dapat terus berkembang dan berkesinambungan.
"Bagi kalian yang sudah dan akan bikin startup, paling idealnya yaitu you have to start with a problem. Problem that you are trying to solve. Terus mencari solusinya. Contohnya Gojek dan Grab, what problem they are trying to solve? They are trying to solve the problem of transportation," ujar Eddi dalam seminar Capital Market Summit & Expo di Jakarta, Selasa (20/10).
Eddi menceritakan untuk mengatasi masalah transportasi di kota besar, awalnya solusi yang ditawarkan Gojek belum benar-benar ideal. Saat pertama kali beroperasi, Gojek masih menggunakan call centre untuk mendapatkan pesanan, belum memakai aplikasi seperti saat ini.
ADVERTISEMENT
"Itu beberapa bisnis model yang ditawarkan Gojek itu gak fly, gak cocok, karena slow. Slow banget karena mereka memang belum menemukan solution yang tepat. Pada saat mereka meluncurkan apa yang namanya aplikasi, di mana app itu ada yang dipegang oleh konsumer dan ada yang dipegang oleh mitra atau driver, baru itu cepat terjadi. Jadi solution-nya cocok untuk problem yang mau di-solve. Jadi start with the problem and then find the solution," kata Eddi.
Kendati demikian Eddi menekankan masalah yang ingin diatasi harus cukup besar, sehingga ke depan bisnis startup yang dibangun dapat melakukan ekspansi lebih jauh.
"Problemnya menurut saya harus cukup besar. Kalau problemnya hanya terjadi di kampus anda, di kecamatan anda, berarti gak cukup besar, gak cukup di-scale. Jadi harus cari problem yang cukup besar sehingga bisnis kalian bisa ekspansi. Kadang-kadang pas sudah jalan baru nyadar, wah ini problemnya hanya dinikmati segelintir masyarakat atau segelintir pasar. Jadi yang namanya total addressable market, targeted addressable market, analisa-analisa seperti itu harus dijalankan," ujar Eddi.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, lanjut Eddi, langkah berikutnya adalah pembentukan tim yang terdiri dari hacker, hipster, dan hustler. Ketiganya, kata dia, harus ada dalam sebuah perusahaan startup.
"Bukan berarti harus tiga orang, tapi fungsi-fungsi ini harus ada. Hacker adalah yang programming, yang coding, yang membuat app atau desktop aplikasinya. Hipster adalah yang mengurus user interface, user experience-nya. Dan hustler adalah yang mencari bisnis, entah orang marketing, orang finance atau apa. Bisa juga tiga fungsi ini dijalankan dua orang atau empat orang, silahkan. Tapi harus ada," kata Eddi.
Eddi pun menuturkan Mandiri Capital tidak pernah berinvestasi pada perusahaan startup yang pendirinya (founder) hanya terdiri dari satu orang karena dinilai terlalu berisiko.
"Kalau founder tersebut dapat tawaran gaji yang luar biasa tinggi dari luar negeri, dari multinasional, terus ditinggal startup-nya kan gone, kan investasi kita hilang," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Namun Mandiri Capital juga tidak berinvestasi ke perusahaan startup yang jumlah pendirinya terlalu banyak karena dinilai tidak efisien dan justru akan menimbulkan masalah.
"Kalau founder-nya 8 atau 10 orang, berantem mulu kan, kapan kerjanya. Pembagian tugasnya saja susah. Jadi idealnya memang kalau kalian bikin startup founder-nya adalah 2-4 orang. Jangan kebanyakan lah, tapi juga jangan kedikitan supaya bisa saling membantu," kata Eddi.