Bos PTFI Keluhkan Penyerapan Katoda Tembaga di Industri RI Masih Minim

8 Oktober 2024 19:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas saat memberikan keterangan pers usai bertemu Presiden Jokowi, Kamis (28/3/2024). Foto: Nadia Riso/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas saat memberikan keterangan pers usai bertemu Presiden Jokowi, Kamis (28/3/2024). Foto: Nadia Riso/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengeluhkan penyerapan alias konsumsi katoda tembaga oleh industri dalam negeri sangat minim, sehingga produksi perusahaan sebagian masih diekspor.
ADVERTISEMENT
Tony mengatakan, perusahaan sudah membangun dua fasilitas pengolahan alias smelter tembaga. Smelter pertama, PT Smelting, yang sudah beroperasi sejak 1996, hampir setengah produksi katoda tembaganya masih diekspor.
"Kenyataannya katoda tembaga yang sudah diproduksi PT Smelting itu separuhnya masih diekspor jadi sekitar 200 ribu ton dikonsumsi dalam negeri, 150 ribu ton masih diekspor," kata Tony saat BNI Investor Daily Summit 2024, Selasa (8/10).
Dia mengatakan PTFI sudah menggelontorkan investasi yang besar untuk membangun smelter. Dua smelter tembaga perusahaan ditargetkan dapat memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun.
Namun persoalannya, kata Tony, penyerapan katoda tembaga yang minim ini bukan berarti permintaan tembaga yang sedikit, namun karena pengembangan industri hilir yang membutuhkan katoda tembaga belum terbangun dengan baik.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, menurut dia, sejauh ini pemerintah Indonesia masih mengizinkan impor produk utuh yang mengandung kadar tembaga tinggi, seperti ducting AC dan electronic processor unit pada kendaraan roda empat.
Selain itu, Tony juga berharap pengembangan industri baterai kendaraan listrik juga bisa terealisasi di Indonesia. Sebab, 10 persen komponen baterai butuh katoda tembaga.
"Tembaga ini juga akan sangat bermanfaat bagi pembangunan new renewable energy kalau PLN seandainya jadi bangun 47 ribu km transmisi bawah laut dan menggunakan katoda tembaga dalam negeri, ini akan sangat pas," jelas dia.
Sementara itu, Ketua Umum Indonesia Mining Association (IMA) Rachmat Makassau menyebutkan perusahaan tambang sudah diminta membangun smelter dalam 5 tahun terakhir.
"Kita di dunia pertambangan sudah melakukan tugas kita untuk melakukan hilirisasi tambang yang ujungnya menyiapkan bahan baku downstream industri," tuturnya.
Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek Smelter Freeport di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated and Industrial Port Estate (KEK JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Sabtu (25/5/2024). Foto: Rizal Hanafi/ANTARA FOTO
Kendati demikian, Rachmat berharap produksi smelter perusahaan tambang bisa dimanfaatkan secara maksimal di pasar dalam negeri sehingga ada kepastian penyerapan.
ADVERTISEMENT
"Kita tahu pemerintah lumayan menggenjot downstream industri, harapan kami mudah-mudahan banyak aturan baik sehingga downstream industri bisa betul-betul dimanfaatkan," kata Rachmat.
Dengan masifnya industri hilir pengguna katoda tembaga di Indonesia, kata dia, maka nilai tambah produk akan semakin besar didapat oleh pemerintah.
"Indonesia punya kesempatan besar untuk memanfaatkan itu dan dari situ lah nilai tambah terbesar didapatkan. Harapan kami ada aturan dari pemerintah untuk memudahkan proses yang bisa membuat kesinambungan dari tambangnya, bukan dari hilirisasinya," kata Rachmat.