BPS: Kenaikan Harga Komoditas Pangan Global Sudah Dirasakan Indonesia

2 Juni 2022 18:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan inspeksi mendadak ketersediaan telur ayam di pasar. Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
zoom-in-whitePerbesar
Petugas dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan inspeksi mendadak ketersediaan telur ayam di pasar. Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap kenaikan harga komoditas pangan global terutama tepung terigu dan kedelai. Sebab, dampaknya saat ini sudah mulai terasa di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Tren kenaikan harga pangan dan energi ini, sudah terjadi sejak awal tahun 2022. Kenaikan ini memang hanya dipicu oleh krisis Rusia dan Ukraina, yang kemudian mengganggu suplai. Ini kemudian memengaruhi kondisi global,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Kamis (2/6).
Margo menilai, dampak dari kenaikan harga komoditas pangan tersebut sudah mulai terasa di dalam negeri, tapi baru sampai ke level pedagang besar atau grosir.
Hal tersebut tercermin dari tingkat inflasi harga perdagangan besar (IHPB) di bulan Mei 2022 yakni sebesar 0,33 persen, dengan inflasi terbesar di sektor industri 0,31 persen.
Sejumlah komoditas di sektor industri yang mendorong inflasi yakni tepung terigu, dan mi kering instan. Kedua komoditas tersebut memberi andil inflasi masing-masing 0,1 persen.
Tepung Terigu Foto: Thinkstock
Sementara di tingkat konsumen, kenaikan harga tepung terigu hanya memberi andil inflasi 0,0008 persen, dan produk turunan kedelai yakni tempe dengan andil 0,052 persen.
ADVERTISEMENT
Margo melanjutkan, peningkatan harga bahan pangan di Indonesia didorong oleh berbagai kebijakan yang diambil oleh negara-negara mitra dagang dalam menghadapi perang Rusia dan Ukraina. Terdapat beberapa negara yang menerapkan pembatasan ekspor pangan dan pupuk.
"Negara Ukraina, Turki, Argentina, India, dan Malaysia membatasi ekspor pangan. Lalu, negara China, Vietnam, dan Pakistan membatasi ekspor pupuk. Terakhir, Rusia membatasi ekspor pangan dan pupuk," ungkap Margo.