BPS Laporkan Rasio Ketimpangan Indonesia Turun Menjadi 0,381

17 Januari 2022 15:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan rasio ketimpangan atau gini ratio di Indonesia pada September 2021 adalah sebesar 0,381. Rasio ini menggambarkan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk.
ADVERTISEMENT
"Pada September 2021, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,381," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Senin (17/1).
Margo mengatakan angka ini menurun 0,003 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2021 yang sebesar 0,384 dan menurun 0,004 poin dibandingkan dengan Gini Ratio September 2020 yang sebesar 0,385.
Margo merinci secara nasional, sejak September 2015 angka Gini Ratio mengalami penurunan sampai dengan September 2019. Kondisi ini menunjukkan bahwa selama periode tersebut terjadi perbaikan pemerataan pengeluaran di Indonesia.
Namun demikian, akibat adanya pandemi Covid-19, nilai Gini Ratio kembali mengalami kenaikan pada Maret 2020 dan September 2020 lalu kembali mengalami penurunan pada Maret 2021.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada September 2021 tercatat sebesar 0,398. Hal ini menunjukkan penurunan sebesar 0,003 poin dibanding Maret 2021 sebesar 0,401 dan menurun sebesar 0,001 poin dibanding September 2020 yang sebesar 0,399.
Sedangkan untuk daerah perdesaan, Gini Ratio pada September 2021 tercatat sebesar 0,314; turun sebesar 0,001 poin dibandingkan dengan kondisi Maret 2021 dan sebesar 0,005 poin dibandingkan dengan kondisi September 2020. Gini Ratio di perdesaan pada Maret 2021 dan September 2020 masing-masing tercatat sebesar 0,315 dan 0,319.
Pada September 2021, provinsi yang mempunyai nilai Gini Ratio tertinggi tercatat di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu sebesar 0,436. Sementara Gini Ratio terendah tercatat di Bangka Belitung dengan Gini Ratio sebesar 0,247.
ADVERTISEMENT
Jika dibandingkan dengan Gini Ratio nasional yang sebesar 0,381; terdapat tujuh provinsi dengan angka Gini Ratio lebih tinggi, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta (0,436), DKI Jakarta (0,411), Gorontalo (0,409), Jawa Barat (0,406), Papua (0,396), Sulawesi Tenggara (0,394), dan Nusa Tenggara Timur (0,339).
Seorang pemuda berjalan di atas puing-puing perahu kayu dengan latar gedung di Jakarta Utara, Indonesia. Foto: REUTERS/Beawiharta
Selain Gini Ratio, ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau yang dikenal dengan ukuran Bank Dunia. Berdasarkan ukuran ini, tingkat ketimpangan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tingkat ketimpangan tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah angkanya di bawah 12 persen, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12–17 persen, serta ketimpangan rendah jika angkanya berada di atas 17 persen.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan ukuran ketimpangan Bank Dunia, distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 17,97 persen. Hal ini berarti pengeluaran penduduk pada September 2021 berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah.
Jika dirinci menurut wilayah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 17,00 persen yang berarti tergolong pada kategori ketimpangan sedang. Sementara untuk daerah perdesaan, angkanya tercatat sebesar 20,83 persen, yang berarti tergolong dalam kategori ketimpangan rendah.