BPS: Neraca Perdagangan November Surplus Terbesar Kedua Sepanjang 2024

16 Desember 2024 14:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua buah kapal melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (13/2/2023). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
zoom-in-whitePerbesar
Dua buah kapal melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (13/2/2023). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada November 2024 adalah surplus kedua terbesar sepanjang 2024 setelah Maret dengan surplus sebesar USD 4,58 miliar. Pada November ini, neraca perdagangan surplus sebesar USD 4,42 miliar.
ADVERTISEMENT
“Surplus tahun 2024 terbesar terjadi pada bulan Maret 2024 yaitu sebesar USD 4,58 miliar. Dan Pada November ini, ini merupakan surplus terbesar kedua selama tahun 2024,” kata Amalia dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Senin (16/12).
Lebih lanjut Amalia menjelaskan, ada tiga negara mitra dagang yang menyumbang surplus terbesar pada November 2024, meliputi Amerika Serikat (AS) dengan surplus sebesar USD 1,58 miliar, India sebesar USD 1,12 miliar dan Filipina USD 0,77 miliar.
Perdagangan dengan AS, surplus dikontribusikan oleh komoditas utama yaitu mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya HS 85 dengan nilai USD 307,3 juta, lalu pakaian dan aksesoris rajutan HS 61 dengan nilai USD 226,2 juta, dan juga alas kaki HS 64 dengan nilai USD 219,3.
ADVERTISEMENT
Kemudian dengan India, surplus disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral HS 27 dengan nilai USD 462,9 juta, lemak dan minyak hewani atau nabati HS 15 sebesar USD 406,6 juta, serta bahan kimia organik HS 28 sebesar USD 77,1 juta.
Terakhir dengan Filipina, surplus terbesar dikontribusikan oleh kendaraan dan bagiannya pada HS 87 dengan nilai USD 236,9 juta, kemudian bahan bakar mineral HS 27 sebesar USD 220,4 juta, dan berbagai makanan olahan yaitu HS 21 sebesar USD 49,5 juta.
“Sementara itu, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara dan tiga terbesar defisit di antaranya adalah dengan Brasil USD 0,34 miliar, dengan Australia USD 0,32 miliar, dan dengan Tiongkok USD 0,28 miliar,” tambah Amalia.
ADVERTISEMENT
Perdagangan dengan Brasil, defisit perdagangan disumbang terutama oleh komoditas gula dan kembang gula atau HS 17 sebesar USD 267,9 juta, ampas dan sisa industri makanan HS 23 dengan nilai defisit USD 97,1 juta, serta kapas HS 52 sebesar USD 29,7 juta.
Dua buah kapal melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (13/2/2023). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Kemudian dengan Australia, defisit terbesar disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral HS 27 sebesar USD 111,4 juta, kemudian logam mulia dan perhiasan HS 71 sebesar USD 102,2 juta, serta bijih logam terak dan abu pada HS 26 dengan nilai USD 80 juta.
Sementara itu dengan Tiongkok, defisit dikontribusikan oleh komoditas utama yaitu mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya atau HS 84 sebesar USD 1,54 miliar, lalu mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya pada kelompok HS 85 USD 1,198 miliar, dan juga kendaraan dan bagiannya HS 87 sebesar USD 309,4 juta.
ADVERTISEMENT
“Secara kumulatif, hingga November 2024, surplus neraca perdagangan barang Indonesia tercatat USD 28,86 miliar, yang lebih rendah sebesar USD 4,74 miliar dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Jika dilihat lebih rinci, secara kumulatif neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus sebesar USD 47,50 miliar, lebih rendah USD 4,12 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu,” kata Amalia.