BPS: RI Deflasi 0,12 Persen di September 2024

1 Oktober 2024 11:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang melayani pembeli cabai merah di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (13/7/2022). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang melayani pembeli cabai merah di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (13/7/2022). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks harga konsumen (IHK) di September 2024 menunjukkan deflasi sebesar 0,12 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Sehingga total Indonesia mencatat deflasi selama lima bulan secara beruntun. Sementara secara tahunan (yoy), masih menunjukkan tingkat inflasi sebesar 1,84 persen.
ADVERTISEMENT
"Terjadi deflasi di September 2024 yang lebih dalam dibandingkan Agustus 2024 dan ini merupakan deflasi kelima di 2024 secara bulanan," kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti di Kantor Pusat BPS, Selasa (1/10).
Amalia mengatakan, tingkat inflasi tahun kalender per September 2024 sebesar 0,74 persen. Penyumbang deflasi utama pada bulan September ini berasal kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil deflasi 0,17 persen.
Komponen harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,04 persen dengan andil inflasi sebesar 0,01 persen. Penyumbang utama deflasi komponen harga diatur pemerintah adalah bensin.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jumat (15/3). Foto: Dok. Plt. Kepala BPS
Kemudian, komponen harga bergejolak mengalami deflasi 1,34 persen. Dengan komoditas penyumbang adalah cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, tomat, daun bawang, kentang, dan wortel.
ADVERTISEMENT
"Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,16 persen dengan andil inflasi sebesar 0,10 persen," ungkapnya.
Amalia menjelaskan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah kopi bubuk dan biaya perguruan tinggi.
Lebih lanjut, Amalia mencatat sebanyak 24 dari 38 provinsi Indonesia mengalami deflasi. Sedangkan 14 lainnya mengalami inflasi.
“Deflasi terdalam di sebesar 0,92 persen terjadi di Papua Barat Tengah. Sementara inflasi tertinggi terjadi di Maluku Utara sebesar 0,56 persen, ” pungkasnya.