Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
BPS Ungkap Penyebab Melambatnya Ekonomi RI Sepanjang Kuartal I 2025
5 Mei 2025 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 mencapai 4,87 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
ADVERTISEMENT
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menuturkan komponen pengeluaran yang berkontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) adalah konsumsi rumah tangga yaitu 54,53 persen dan tumbuh 4,89 persen.
Komponen pengeluaran yang tumbuh tinggi adalah ekspor, didorong kenaikan ekspor nonmigas dan kunjungan wisatawan. Selain itu konsumsi rumah tangga juga tumbuh tinggi karena didorong liburan dan menjelang Idul Fitri di akhir Maret 2025.
"Seluruh komponen tumbuh positif kecuali konsumsi pemerintah," kata Amalia di kantornya, Senin (6/5). Amalia menjelaskan melambatnya konsumsi pemerintah disebabkan tidak adanya belanja Pemilu pada tahun ini.
Jika dilihat dari pertumbuhan pada kuartal I 2025 lapangan usaha, pertanian menjadi sumber pertumbuhan terbesar yaitu 1,11 persen. Selain itu pertumbuhan ekonomi ini juga ditopang oleh lapangan usaha yaitu industri pengolahan 0,93 persen.
Kemudian perdagangan berkontribusi 0,66 persen dan infokom 0,53 persen, serta lainnya 1,64 persen. Amalia kemudian membeberkan pertumbuhan lapangan usaha pada kuartal I 2025.
ADVERTISEMENT
“Secara yoy, seluruh lapangan usaha tumbuh positif kecuali pertambangan, lapangan usaha utama yang memberikan andil besar pada PDB adalah industri pengolahan, perdagangan, pertanian dan konstruksi,” terang Amalia.
Secara rinci industri pengolahan tumbuh 4,55 persen, perdagangan 5,03 persen, pertanian 10,52 persen yang didukung oleh panen raya padi dan jagung lalu konstruksi tumbuh 2,18 persen. Sementara pertambangan minus 1,23 persen.
Industri pengolahan didorong permintaan domestik dan luar negeri, meliputi industri makanan dan minuman tumbuh 6,04 persen yang ditopang oleh permintaan Ramadan dan Idul Fitri.
Lalu industri logam dasar sebesar 14,47 persen yang sejalan dengan program hilirisasi pemerintah, industri kulit dan barang dari kulit sebesar 6,95 persen.
Kemudian ekonomi kuartal I 2025 juga didorong oleh lapangan usaha di sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh 9,01 persen.
ADVERTISEMENT
Lalu lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makanan dan minum yang tumbuh melambat karena lapangan usaha mengalami kontraksi sebesar -048 persen yang tercermin dari tingkat penghunian kamar baik hotel bintang maupun non bintang.
Meski demikian lapangan usaha makan minum tetap tumbuh tinggi sebesar 7,2 persen.
Amalia menuturkan International Monetary Fund (IMF) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tetap bertumbuh pada kuartal I 2025. Ekonomi secara global juga diperkirakan akan tumbuh.
Berdasarkan proyeksi IMF inflasi negara berkembang pada 2025 relatif lebih tinggi dari kondisi global tapi lebih rendah dari inflasi 2024.
Negara mitra dagang juga demikian, Tiongkok tumbuh stabil yaitu 5,4 persen dibandingkan kuartal I 2024 sebesar 5,4 persen tetapi sedikit menguat dibandingkan kuartal I 2024 sebesar 5,3 persen. Lalu Amerika Serikat yang mengalami sedikit penurunan menjadi 4,4 persen lebih rendah dari kuartal IV 2024 sebesar 5,0 persen.
ADVERTISEMENT
Harga komoditas utama perdagangan Indonesia pada kuartal I 2025 terpantau bervariasi, harga minyak sawit secara tahunan terkontraksi sebesar 6,67 persen, bijih besi tumbuh 0,22 persen secara yoy, batu bara terkontraksi 21,28 persen yoy, nikel juga terkontraksi 2,47 persen yoy, gas alam tumbuh 69,73 persen dan minyak mentah yang tumbuh 1,88 persen yoy.
“Pada kuartal I 2025, perdagangan global terlihat tumbuh didorong kuatnya perdagangan jasa dan juga barang,” ujarnya.
Menurut Amalia, pertumbuhan ekonomi kuartal I selalu menurun dibandingkan dengan kuartal lainnya.
"Secara yoy ekonomi indonesia kuartal I 2025 yang tumbuh 4,87 persen, pertumbuhan ini relatif lebih rendah dari kuartal I 2024 yang tumbuh 5,11 persen," kata Amalia.