Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Budi Daya Maggot: Mendulang Cuan Sembari Mengurai Masalah Sampah Organik
4 Agustus 2024 12:37 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Puluhan santri antusias belajar lebih dalam mengenai budi daya maggot. Sembari mendalami ilmu agama, para santri di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School, Parung, ini juga dibiasakan buat berwirausaha.
ADVERTISEMENT
Maggot atau larva lalat BSF (black sloder fly) termasuk salah satu yang kini tengah mereka coba budi dayakan. Di lahan yayasan seluas 3.500 meter persegi itu, mereka juga membudidayakan lele, sapi, hingga bertani.
Peternakan dan pertanian yang dilakukan para santri ini, memperhatikan konsep keberlanjutan lingkungan. Berdasarkan pantauan kumparan, kegiatan budi daya para santri ini mengadopsi teknik-teknik seperti bioflok, biogas hingga pengolahan sampah organik dapur (SOD) menggunakan maggot.
Para santri yang sudah mencoba membudidayakan maggot selama setahun terakhir ini, kemudian berkesempatan mendapat pengetahuan tambahan pada Sabtu (3/8) lewat program pengabdian masyarakat yang digelar jurusan Magister Manajemen Lingkungan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Koorprodi Magister Manajemen Lingkungan Pascasarjana UNJ, Dian Alfia, mengungkapkan maggot merupakan salah satu cara paling efektif dalam mengurai sampah organik. Bahkan lebih cepat dari metode komposting yang membutuhkan waktu satu bulan.
ADVERTISEMENT
"Maggot merupakan salah satu media untuk mengolah bahan sampah organik dapur (SOD) secara cepat dan minimal efek sampingnya. Hanya butuh sekitar 24 jam untuk menyelesaikan proses memakan sampah yang cukup banyak," jelas Dian.
Dian menyebut, Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School ini punya potensi untuk memperkuat program budi daya maggot yang sedang mereka jalankan. Atas dasar itu, UNJ mencoba memberikan pendampingan supaya metode yang dilakukan bisa lebih baik.
"Jadi sebenarnya tidak ada keterampilan khusus untuk mengelola maggot, hanya butuh perhatian ekstra saja. Yang perlu ditingkatkan adalah keterampilan praktik, sehingga mereka lebih mengetahui maggot itu posisinya di umur berapa harus dipanen, umur berapa diberikan makanan lebih banyak," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dalam program bertajuk Pengelolaan Sampah Mandiri sebagai Tahapan Circular Economy itu, mereka juga berkesempatan belajar langsung dari pelaku budi daya maggot. Salah satu mahasiswa yang memberikan materi, Agnesia Putri, juga sudah membina pelaku budi daya maggot selama 4 tahun.
Setelah mengamati sistem budi daya maggot di yayasan tersebut, perempuan yang bekerja sebagai operator manager CSR di salah satu perusahaan manufaktur alat berat itu mengatakan, upaya yang dilakukan para santri ini sudah cukup baik. Hanya perlu peningkatan dari segi nutrisi dan perbaikan pada kandang maggot.
"Kalau dari penglihatan awal tinggal dipoles. Keberhasilannya dipengaruhi media tumbuh, lingkungan yang kurang mendukung menyebabkan pertumbuhan terganggu. Maksimalisasi pakan dari SOD, sampah organik dapur, sementara di sini masih menggunakan sayur dan fermentasi sayur," tuturnya.
Potensi Ekonomi Sirkular dari Maggot
Selain sebagai pengurai sampah yang efektif, maggot juga dinilai punya potensi ekonomi sirkular. Ini jadi alasan UNJ tiga tahun berturut-turut fokus pada pengembangan budi daya maggot di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Maggot ini memiliki nilai ekonomi sirkular, mereka punya potensi untuk meningkatkan ke perekonomian di kawasan Nurul Iman ini. Jadi kita sudah tiga tahun berturut-turut mendampingi masyarakat budi daya maggot. Kenapa karena maggot ini menjadi potensi ekonomi sirkular dibanding pengolahan sampah lainnya," ujar Dian Alfia.
Dari sisi potensi ekonomi, berdasarkan pengakuan sejumlah pembudi daya maggot yang pernah mereka kunjungi, budi daya maggot punya nilai ekonomis cukup tinggi. Terutama karena pemanfaatannya sebagai pakan ternak.
"Kalau skala rumahan saja ada potensi sekitar Rp 4,2 juta dengan maggotnya saja, tetapi ini punya nilai sirkular ekonomi. Pertama dia membuat sehat peternak kita, ternak ayam, ternak ikan itu jarang sakit karena konsumsi maggot," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Budi daya maggot ini, diyakini bisa juga menjadi potensi ekonomi bagi produk-produk lain. Ia mencontohkan, telur yang dihasilkan dari ayam petelur yang mengkonsumsi maggot, punya kandungan protein yang lebih tinggi.
Adapun soal potensi ekonomi ini, Agnes menuturkan rumah budi daya binaannya bisa meraup omzet jutaan rupiah tiap bulannya.
"Di pembudi daya kami omzetnya sudah di angka Rp 3 juta sampai Rp 5 juta sebulan, dengan potensi harian 1 ton maggot," tuturnya.
Di samping itu, ia juga terkesan dengan total sampah organik yang bisa diurai tiap harinya lewat budi daya maggot.
"Satu kilogram maggot bisa mengurai 5 kilogram sampah per hari. Setahun kurang lebih ada 36 ton sampah organik yang bisa kita urai," tuturnya.
ADVERTISEMENT