Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bulog Serap 329 Ribu Ton Beras Domestik dan 1,27 Juta Ton Impor
25 April 2024 18:29 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Saat ini Bulog sudah melakukan pengadaan dalam negeri sebanyak sekitar 633 ribu ton setara gabah, atau setara beras 329 ribu ton," kata Bayu saat media gathering di kantornya, Kamis (25/4).
Tantangan yang dialami Bulog menyerap beras dari dalam negeri adalah musim panen yang pendek. Sehingga meskipun ketersediaan beras banyak, Bulog berlomba dengan penggilingan untuk menyerap hasil panen petani.
Kedua adalah faktor ketersediaan pupuk yang sempat langka pada 2023 dan awal 2024. Kelangkaan pupuk itu membuat hasil padi petani tidak sesuai standar yang ditetapkan Bulog, sehingga beras tidak bisa diserap.
"Posisi stok Bulog hari ini 1,457 juta ton. Jumlah yang agak banyak ini terjadi karena program bantuan pangan belum jalan. Masih menunggu update data. Mudah-mudahan dalam Minggu ini segera selesai dan kita akan segera salurkan bantuan pangan itu dalam sisa bulan Mei Juni untuk 3 bulan," kata Bayu.
ADVERTISEMENT
Pengadaan Impor
Selama tahun 2024 Bulog telah melakukan setidaknya 4 kali tender dengan produsen beras luar negeri, dan total yang sudah dikontrak secara Business to Business ini mencapai 1,2 juta ton.
"Beberapa di antara kontrak tidak kita mintakan masuk April Mei karena panen raya. Tapi kita sudah kontrak dan masuk setelah panen raya," kata Bayu.
Sementara untuk pengadaan impor melalui skema Government to Government, Bulog mendapat beras dari Thailand mencapai 50 ribu ton dan dari Kamboja 22,5 ribu ton.
"Jadi totalnya (pengadaan) jadi sekitar 1,277 juta ton. Jadi Bulog masih punya lebih dari 2 juta ton untuk mengisi kesiapan penyaluran semester II 2024," kata Bayu.
Impor Beras di Tengah Konflik Global
ADVERTISEMENT
Bayu mengatakan hingga saat ini hubungan Bulog dengan negara mitra penyuplai beras masih baik meskipun eskalasi konflik dunia sedang memanas.
"Untuk beras mayoritas Asia Tenggara dan Asia Selatan, jadi tidak melewati daerah yang panas itu. Utamanya Vietnam, Thailand, Pakistan, dan Myanmar Kamboja. Jadi tidak melewati sana sehingga transportasi berjalan dengan baik. Cukup besar (pengadaan dari) Vietnam, Kamboja, Myanmar, mereka anggota ASEAN jadi kita bisa komunikasi dengan baik," kata Bayu.
Adapun salah satu negara produsen langganan impor Indonesia adalah India, yang membuat kebijakan pembatasan ekspor beras kemungkinan besar akan kembali membuka ekspor mereka pada akhir Mei. Bayu menjelaskan alasan India tutup ekspor adalah untuk mengamankan kondisi dalam negeri yang sedang pemilu.
ADVERTISEMENT
"Kita sudah dapat kabar April-Mei proses pemilu akan berjalan, sehingga di akhir Mei akan selesai, dan sudah diketahui siapa yang memerintah India. Kita berharap setelah kondisi dalam negeri mereka tenang, tidak ada masalah, mereka mau ekspor lagi. Tapi kalau kemudian ada pemerintah India pandang faktor eksternal ya kita enggak tahu," katanya.