Bursa Kripto FTX Bangkrut, Rp 15,4 Triliun Dana Nasabah Raib

13 November 2022 8:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
clock
Diperbarui 14 Desember 2022 10:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi platform pertukaran kripto FTX. Foto: Sergei Elagin/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi platform pertukaran kripto FTX. Foto: Sergei Elagin/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Industri perdagangan uang kripto kembali memakan korban. Kali ini platform perdagangan atau bursa kripto FTX bangkrut. Perusahaan yang sebelumnya beraset USD 32 miliar ini telah mengajukan kondisi bangkrut pada Jumat (11/11) kepada otoritas terkait di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
FTX, bursa perdagangan kripto terbesar kedua setelah Binance, bangkrut karena asetnya anjlok usai harga kripto yang terus ambles seperti Bitcoin yang anjlok 62 persen terhitung dalam setahun terakhir. Kapitalisasi pasar Bitcoin per Jumat (11/11) sebesar USD 338 miliar, tersisa sekitar 30 persen dari posisi tertingginya di 10 November 2021 yang mencapai USD 1,3 triliun.
Situasi ini diperparah dengan aksi para nasabah FTX yang menarik USD 6 miliar atau setara Rp 92,97 triliun (kurs Rp 15.495 per dolar AS) pada Jumat pekan lalu dari platform FTX hanya dalam waktu 72 jam. Pemicunya adalah pernyataan CEO Binance Changpeng Zhao yang menyebut menjual seluruh kepemilikannya atas token FFT (yang dikeluarkan FTX) senilai USD 580 juta.
ADVERTISEMENT
FTX makin terdesak karena Binance yang sebelumnya juga diharapkan bisa membantu likuiditas FTX batal mengakuisisi bursa yang didirikan Sam Bankman-Fried itu karena ada dugaan penyalahgunaan dana nasabah.
Masalah dugaan penyalahgunaan dana nasabah ini juga terlihat dari laporan eksklusif Reuters. Dua orang sumber menyebut setidaknya USD 1 miliar dana nasabah FTX raib, entah ke mana. Nilainya setara Rp 15,49 triliun!
Pendiri FTX Sam Bankman-Fried disebut diam-diam mentransfer USD 10 miliar dana nasabah FTX ke perusahaan perdagangan miliknya, Alameda Research.
"Sebagian besar dari dana itu telah menghilang. Satu sumber menyebut dana yang hilang sekitar USD 1,7 miliar. Sumber lain mengatakan yang raib antara USD 1 miliar dan USD 2 miliar," demikian laporan Reuters, dikutip Minggu (13/11).
Sam Bankman-Fried. Foto: Craig Barritt/Getty Images
Meskipun diketahui bahwa FTX memindahkan dana pelanggan ke Alameda, dana yang hilang dilaporkan di sini untuk pertama kalinya. Hal ini terlihat dari catatan yang sebenarnya dibagikan oleh Sam Bankman-Fried kepada para eksekutif senior FTX pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Menurut sumber Reuters, catatan tersebut memperlihatkan situasi keuangan FTX. Inti dari masalah FTX adalah kerugian di Alameda yang tidak diketahui oleh sebagian besar eksekutif FTX.
Minggu itu, Bankman-Fried mengadakan pertemuan dengan beberapa eksekutif di ibu kota Bahama, Nassau, untuk menghitung berapa banyak dana dari luar yang dia butuhkan untuk menutupi kekurangan FTX, kata dua orang yang mengetahui keuangan FTX.
Bankman-Fried mengkonfirmasi kepada Reuters bahwa pertemuan itu terjadi. Laki-laki berusia 30 tahun itu menunjukkan beberapa spreadsheet kepada kepala tim regulasi dan hukum perusahaan yang mengungkapkan bahwa FTX telah memindahkan sekitar USD 10 miliar dana nasabah dari FTX ke Alameda, kata dua orang tersebut.
"Spreadsheet menampilkan berapa banyak uang yang dipinjamkan FTX ke Alameda dan digunakan untuk apa," kata sumber Reuters.
ADVERTISEMENT
Celakanya, dokumen tersebut menunjukkan bahwa antara USD 1 miliar dan USD 2 miliar dari dana tersebut tidak diperhitungkan di antara aset Alameda. Spreadsheet tidak menunjukkan ke mana uang ini dipindahkan, dan sumber mengatakan mereka tidak tahu apa yang terjadi.
Ilustrasi hacker curi Bitcoin. Foto: TY Lim/Shutterstock
Dalam pemeriksaan selanjutnya, tim hukum dan keuangan FTX juga mengetahui bahwa Bankman-Fried menggunakan 'pintu belakang' dalam sistem pembukuan FTX. 'Pintu' itu dibangun menggunakan perangkat lunak yang dipesan lebih dahulu.
Mereka mengatakan 'pintu belakang' memungkinkan Bankman-Fried untuk menjalankan perintah yang dapat mengubah catatan keuangan perusahaan tanpa memberi tahu orang lain, termasuk auditor eksternal. Pengaturan ini berarti bahwa perpindahan dana USD 10 miliar ke Alameda tidak memicu kepatuhan internal atau tanda bahaya akuntansi di FTX.
ADVERTISEMENT

Bantah Diam-diam Transfer dan Lewat 'Pintu Belakang'

Dalam pesan teksnya kepada Reuters, Bankman-Fried membantah menerapkan 'pintu belakang'. Dia juga mengeklaim dana USD 10 miliar tak ditransfer diam-diam ke Alameda.
"Saya tidak setuju dengan karakterisasi transfer USD 10 miliar. Kami tidak diam-diam mentransfer. Kami memiliki pelabelan internal yang membingungkan dan salah membacanya," tambahnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Ditanya tentang dana nasabah yang hilang, Bankman-Fried hanya menjawab: "???"
Setelah FTX mengajukan bangkrut, Bankman-Fried pun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO FTX. Posisinya digantikan oleh John J. Ray III.
Atas kasus ini, Komisi Sekuritas dan Pertukaran AS sedang menyelidiki penanganan dana pelanggan FTX.com, serta aktivitas peminjaman kripto. Departemen Kehakiman dan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas juga menyelidiki.
FTX didirikan pada 2019 oleh Bankman-Fried yang saat itu masih berusia 27 tahun. Dia dengan cepat membawa bursa kripto ini melejit, menjadi yang terbesar di dunia. Kekayaan pribadinya saat itu hampir USD 17 miliar atau setara Rp 263 triliun.
ADVERTISEMENT
Valuasi FTX pada Januari lalu senilai USD 32 miliar. Softbank dan BlackRock masuk dalam daftar investor FTX.