Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9

ADVERTISEMENT
Bursa saham Asia kompak merah pada perdagangan Senin (7/4). Setelah Wall Street juga anjlok merespons kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari RTI Business pada pukul 8.44 WIB, berikut kondisi saham Asia.
Pasar saham Asia anjlok hari ini dipicu kekhawatiran akan perang dagang global menyebabkan indeks saham berjangka Wall Street anjlok, dan investor bertaruh meningkatnya risiko resesi dapat menyebabkan suku bunga AS dipotong paling cepat pada bulan Mei.
Pasar berjangka bergerak cepat untuk memperkirakan penurunan suku bunga AS sebesar hampir lima perempat poin tahun ini, yang menarik imbal hasil Treasury turun tajam dan menghambat dolar.
ADVERTISEMENT
Reuters melaporkan, kondisi ini terjadi lantaran pejabat Gedung Putih tidak menunjukkan tanda-tanda akan menarik diri dari rencana tarif besar-besaran, dan China menyatakan pasar telah berbicara tentang pembalasan mereka melalui pungutan atas barang-barang AS.
Presiden Donald Trump menyatakan kepada wartawan dia tidak akan membuat kesepakatan dengan China sampai defisit perdagangan AS diselesaikan.
Para investor mengira hilangnya kekayaan triliunan dolar dan kemungkinan pukulan telak bagi perekonomian akan membuat Trump mempertimbangkan kembali rencananya.
"Besarnya skala dan dampak disruptif dari kebijakan perdagangan AS, jika terus berlanjut, akan cukup untuk menjerumuskan AS yang masih sehat dan ekspansi global ke dalam resesi," kata Bruce Kasman, kepala ekonomi di JPMorgan, yang memperkirakan risiko kemerosotan sebesar 60 persen, dikutip dari Reuters, Senin (7/4).
ADVERTISEMENT
S&P 500 merosot 4,31 persen dalam perdagangan yang fluktuatif, sementara kontrak berjangka Nasdaq anjlok 5,45 persen, menambah kerugian pasar hampir USD 6 triliun minggu lalu.
Nikkei Jepang sempat anjlok 7,8 persen (N225) ke level terendah yang terakhir terlihat pada akhir tahun 2023, sementara Korea Selatan (KS11) kehilangan 4,6 persen.
Prospek pertumbuhan global yang suram membuat harga minyak terus tertekan, menyusul penurunan tajam minggu lalu. Brent turun USD 2,12 menjadi USD 63,46 per barel, sementara minyak mentah AS turun USD 2,05 menjadi USD 59,94 per barel.