Cerita Alam Batik, UMKM Binaan Sampoerna yang Tembus Pasar Global

15 Februari 2022 10:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pembuatan batik. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembuatan batik. Foto: Shutterstock
Meski sempat terpukul karena pandemi COVID-19, banyak UMKM yang kini perlahan-lahan bangkit dan menata kembali bisnisnya. Bahkan, beberapa di antaranya, berhasil mengalami pertumbuhan seiring dengan melonggarnya pembatasan sosial.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Mandiri Institute, per April 2021 sekitar 84,8 persen UMKM sudah beroperasi secara normal. Di sisi lain, menurut data Bank Indonesia, kredit UMKM tumbuh 2,35 persen dan sudah melampaui pertumbuhan kredit total per Juni 2021.
Kabar baik ini tentu tidak terlepas dari dorongan berbagai pihak dalam mendukung perkembangan UMKM. Salah satunya adalah PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melalui program Sampoerna untuk Indonesia.
Sampoerna untuk Indonesia merupakan bentuk kontribusi Sampoerna dalam mendukung mewujudkan Indonesia Maju. Memiliki 4 fokus yang meliputi Pengembangan UMKM, Peningkatan Kesejahteraan Petani Tembakau dan Cengkih, Pemulihan Ekonomi Nasional & Kontribusi dalam Penanggulangan Covid-19, serta Pengurangan Dampak Lingkungan; Sampoerna melakukan berbagai inisiatif yang berkelanjutan sebagai upaya memberikan manfaat nyata kepada bangsa dan negara.

Kontribusi Sampoerna untuk Alam Batik, UMKM Binaan Sampoerna yang Jual Batik Rp 250 Juta ke Eropa

Lewat fokus Pengembangan UMKM, Sampoerna telah mendukung keterampilan usaha para pelaku UMKM secara terpadu dan menyeluruh. Sehingga, para pelaku UMKM mampu mengembangkan bisnis secara produktif, mandiri, sekaligus berdaya saing.
Sebagai pemilik Alam Batik, Ferry Sugeng Santoso mengaku menjadi perajin kain tradisional tak selalu mudah. Satu batik harus dikerjakan lebih dari seminggu. Itu pun belum tentu segera laku di pasaran.
Namun, Ferry tidak menyerah. Ia sadar bahwa membangun networking adalah salah satu kunci utama dalam bisnis. Karena itu, Ferry mengikuti pelatihan membatik pada 2006 dan berhasil menemukan keunikan produknya: menggunakan pewarna alam pada kain batik, seperti warna tanaman Bixa orellana, kulit kayu mahoni, kayu tegeran, dan tanaman Indigofera tinctoria.
Berkat keunikan tersebut, Alam Batik berhasil menjual kain tradisional Nusantara hingga ke tanah Eropa, mulai Belanja hingga Roma. Ferry juga kerap menerima pesanan dari Melbourne, Korea, Malaysia, dan Singapura.
Ilustrasi pembuatan batik. Foto: Shutterstock
"Ada batik yang pengerjaannya 8 bulan, 1 tahun, bahkan 2 tahunan untuk ukuran 2,5 meter. Harganya juga cenderung lebih mahal. Ada satu karya batik kami yang terjual Rp 250 juta ke Belanda, pembeli sendiri yang memberikan harga," kenang Ferry.
Meski usahanya telah maju, pria asal Pasuruan itu tidak cepat puas. Pada 2016, ia bergabung dengan PPK Sampoerna dan menjadi salah satu UMKM binaan Sampoerna hingga saat ini. Ferry mengatakan, sejak bergabung dengan PPK Sampoerna, Alam Batik semakin ramai. Tak hanya digemari warga lokal, motif-motif kain tradisional itu pun telah terbang ke pasar internasional.

Lestarikan Batik

Alam Batik tidak serta merta jadi sumber mata pencaharian bagi Ferry. Melalui UMKM yang dibangunnya, Ferry juga ingin melestarikan kain batik di era digital. Karena itulah, ia pun mendirikan padepokan Batik Alam di daerah tempat tinggalnya di Dusun Pajaran, Pasuruan.
Saat ini, Ferry telah membina 15 orang di padepokan Batik Alam dan seluruhnya merupakan laki-laki. Pada 2018, Ferry berhasil membuat batik dari matoa, tanaman yang tumbuh subur di daerahnya. Dari inovasinya itu, batik Ferry dan warga binaannya digunakan untuk simbol seragam batik seluruh kantor pemerintahan, sekolah, hingga kantor Kecamatan Sukorejo.
"Dari situlah warga binaan Batik Alam bisa hidup," kata Ferry.

Komitmen Sampoerna Berdayakan UMKM di Indonesia

Guna mendorong keberhasilan bisnis UMKM, terdapat dua program utama yang diinisiasi oleh Sampoerna. Pertama, mengembangkan keterampilan usaha dan mendukung digitalisasi para pelaku UMKM melalui pusat pelatihan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) yang didirikan di Pasuruan dengan lahan seluas 27 hektar. Lewat SETC, puluhan ribu UMKM telah mendapat keterampilan manajemen keuangan dan bisnis, produksi barang, pemasaran, hingga pemanfaatan teknologi digital yang berguna selama pandemi.
Sampoerna menyadari, tak semua UMKM se-Indonesia dapat melakukan pelatihan di SETC. Karena itulah, sejak pandemi COVID-19, SETC telah menyesuaikan materi pelatihan. Pada September-Oktober 2021 lalu, misalnya. Sampoerna mengadakan program Semangat dan Aksi Perempuan Andalan (SAPA) untuk Indonesia. Lewat kegiatan ini, ada berbagai pelatihan yang bisa diikuti oleh para pelaku UMKM —khususnya perempuan— dalam mengembangkan bisnisnya.
Mulai dari pengembangan bisnis e-commerce, pemasaran digital, promosi, manajemen keuangan, hingga kompetisi digital yang dapat mengasah kemampuan digital mereka.
Ilustrasi pembuatan batik. Foto: Shutterstock
Ada juga program Sampoerna Retail Community (SRC) yang telah berdiri pada 2008. Lewat program ini, Sampoerna membantu mitra ritel tradisional dalam meningkatkan pendapatan, mengembangkan usaha mereka, dan daya saing terhadap peritel modern. Hal ini dilakukan melalui pendampingan dan pelatihan berbagai keterampilan bisnis yang kami berikan, termasuk manajemen stok, pengaturan toko, dan loyalitas konsumen.
Dengan 160.000 toko kelontong anggota, komunitas SRC membentuk jejaring yang empat kali lebih besar dari dua peretail modern terbesar di Indonesia bila digabungkan. Bahkan para peritel tradisional mengatakan bahwa pendapatan mereka meningkat rata-rata sebesar 65 persen sejak bergabung dengan SRC.
Seperti efek domino, SRC turut membantu UMKM lainnya melalui “Pojok Lokal”, yaitu area di dalam toko SRC yang didedikasikan untuk menjual produk-produk dari UMKM lain maupun masyarakat sekitar. Dengan Pojok Lokal, pendapatan produk-produk UMKM meningkat sebanyak 28 persen, nilainya mencapai Rp 5,7 triliun per tahun.
Ilustrasi mengelola toko kelontong. Foto: Shutterstock
Guna mengakselerasi digitalisasi di kalangan UMKM, Sampoerna telah mengembangkan aplikasi AYO SRC bagi toko kelontong anggota SRC. Dengan aplikasi tersebut, SRC membentuk ekosistem digital yang menghubungkan produsen, grosir, peritel, dan konsumen. Aplikasi ini dapat menghubungkan para pemilik toko dengan perusahaan grosir sehingga pemesanan barang dapat dilakukan secara daring (efektif dan efisien). AYO SRC juga memudahkan pemilik toko melakukan manajemen stok barang.
AYO SRC pun menciptakan beberapa layanan yang memudahkan toko kelontong dan grosir maupun konsumen, di antaranya:
Selama pandemi COVID-19, para anggota SRC juga memperoleh bantuan sekat pembatas area kasir. Sampoerna pun telah memberikan sosialisasi implementasi protokol kesehatan di toko masing-masing.
Pada akhirnya, kontribusi UMKM terhadap Indonesia Maju tidak bisa dilakukan oleh UMKM itu sendiri. Diperlukan dorongan dari berbagai pihak untuk merealisasikannya, tak terkecuali Sampoerna.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Sampoerna