Cerita Komisioner OJK Temukan Banyak Anak Sekolah Terjerat Pinjol

8 November 2024 14:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi. Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi. Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
ADVERTISEMENT
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi, menceritakan peristiwa yang terjadi saat melakukan edukasi keuangan ke daerah.
ADVERTISEMENT
Menurut ceritanya, banyak anak yang masih duduk di bangku sekolah, sudah terjerat pinjaman online (pinjol).
“Jadi saat saya edukasi ke daerah-daerah ibu-ibu itu semua bilang itu, jadi anaknya sekolah di rumah tapi jempolnya kemana-mana, taunya ketika debt collector datang nagihin gitu,” kata Friderica atau akrab disapa Kiki ketika ditemui di The Westin, Nusa Dua, Bali pada Jumat (8/11).
Selain pinjol, Kiki menyebut anak muda kini banyak menggemari layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau PayLater. Kondisi itu ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi terjadi juga di berbagai belahan dunia.
“Ini sekarang sedang kita pelajari bagaimana Buy Now Pay Later ini, ternyata ini enggak cuma terjadi di Indonesia, di berbagai belahan dunia tuh anak-anak muda udah mulai over in debtness, kebanyakan utang,” ungkap Kiki.
ADVERTISEMENT
Kiki menilai fenomena tersebut terjadi karena faktor gaya hidup anak muda yang memiliki banyak keinginan.
“Karena terlalu pengen gaya ingin pakai baju baru, jam baru, mungkin jam yang kekinian akhirnya apa, kalau dulu kita enggak punya uang kita diomelin kan minta duit terus, kalau sekarang mereka dengan jempolnya bisa berutang dan itu yang berbahaya,” ujar Kiki.
Kiki mengingatkan soal pentingya peran Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Jika SLIK seseorang bermasalah, maka dampaknya dapat berupa tertolaknya pengajuan pinjaman untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sampai sulitnya mencari pekerjaan.
“Jangan sampai ini anak-anak muda yang seharusnya sekolah untuk bisa dapat kerjaan bagus karena sudah kecatat di SLIK tadi Sistem Layanan Informasi Keuangan atau OJK Checking nanti mereka ketika mengajukan utang untuk beli rumah, kredit rumah yang benar, mau lamar kerjaan enggak bisa kena catatan SLIK dan sebagainya,” tutur Kiki.
ADVERTISEMENT