Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita Korban PHK, Terjun Bikin UMKM hingga Raup Omzet Puluhan Juta
13 Februari 2022 12:08 WIB
·
waktu baca 7 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ia bersama ratusan rekannya terimbas pemutusan hubungan kerja di salah satu stasiun televisi swasta pada pertengahan tahun 2020. Ujian tersebut terasa berlipat lantaran usia kandungan istrinya saat itu sudah masuk 7 bulan.
Ditambah lagi, sang istri juga sudah lebih dulu terkena PHK dari kantornya. Istri Rojali saat itu juga berprofesi sebagai jurnalis.
Merebaknya corona terlebih saat terjadi lonjakan kasus kala itu, memang memaksa pemerintah menerapkan pembatasan ketat. Ini berujung pada banyaknya perusahaan yang bangkrut. Gelombang PHK pun tak terbendung.
Rojali yang sudah menjadi jurnalis sejak 2012 mengaku saat itu kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Saat itu, mereka hanya punya sedikit tabungan bakal dipakai untuk lahiran.
"Kondisinya lagi kusut banget, COVID-19 lagi tinggi-tingginya, di bulan Juni (2020) terkena PHK. Sebelumnya istri juga terkena duluan, reporter juga di TV swasta. Minggu pertama enggak terlalu mikirin, abis itu kita bingung mau ngapain," ujar Rojali saat ditemui kumparan di kafenya, Suboba, di kawasan Menteng Atas Dalam, Jakarta, Sabtu (12/2).
ADVERTISEMENT
Nekat Bikin UMKM dengan Modal Tabungan Lahiran
Kala itu, yang terlintas di benak Rojali adalah bagaimana agar ia bisa mempersiapkan uang bakal istrinya melahirkan. Saat keduanya sama-sama berstatus pengangguran, satu-satunya yang dapat ia pikirkan adalah uang simpanan bakal digunakan untuk lahiran.
Waktu melahirkan masih dua bulan lagi. Ia berpikir simpanan mereka akan tersebut bakalan tetap menipis lantaran tidak ada pemasukan. Akhirnya dia memberanikan diri untuk memutar uang tersebut.
Rojali, mulai berpikir terjun ke dunia usaha. Mencoba peruntungan dengan merintis bisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM ).
Mantap untuk terjun ke dunia bisnis, Rojali pun memulai riset apa saja yang tengah tren saat itu. Minuman kopi hingga susu ia tangkap sebagai peluang kala itu, salah satu yang menjadi favorit saat masyarakat lebih banyak di rumah adalah minuman olahan boba.
ADVERTISEMENT
Rojali kemudian memulai riset dan persiapan untuk terjun ke dunia usaha minuman. Sebulan setelahnya, ia mantap membuka outlet pertama minuman yang dinamai Suboba.
Dia mengenang, tempat berukuran 2 kali 2 meter menjadi lokasi outlet Suboba pertama. Dengan modal kurang lebih Rp 30 juta, ia berhitung sewa tempat hingga menyiapkan puluhan varian minuman yang jadi brand-nya.
"Melihat kondisi istri lagi hamil besar, masa enggak punya duit nanti mau lahiran. Ada duit cuma pasti akan habis, jadi lebih baik diputarin. Bulan Juli mulai buka, alhamdulillah antusiasnya di bulan pertama dan bulan ketiga, sampai tahun pertama lumayan bagus," cerita Rojali.
Nasib baik menyertai usaha yang dirintis Rojali saat itu. Outlet-nya yang awalnya satu, tumbuh menjadi tiga dengan dibukanya cabang baru di bilangan Jakarta Selatan dan Timur.
ADVERTISEMENT
Omzet merangkak naik sehingga biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan bayi mampu dipenuhi dari Suboba. Kegembiraannya bertambah lantaran mampu mempekerjakan tiga karyawan.
"Sehari itu minimal ada omzet Rp 1 juta sampai 1,5 juta. Omzet usaha paling bagus di angka Rp 30 sampai Rp 35 juta per bulan. Normal di angka Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu, kalau Jumat-Sabtu-Minggu rata-rata 100 cup per hari," tuturnya.
KUR BRI Penyelamat dari Kebangkrutan kala PPKM Darurat
Lonjakan kasus varian Delta memaksa pemerintah kembali menarik rem darurat. Pembatasan yang lebih ketat, membuat dunia usaha yang baru pulih pada pertengahan 2021, harus kembali menepuk dada.
Situasi itu, jadi ujian kedua di hidup Rojali. Usahanya turut terdampak. Niat awal ingin mengembangkan outlet jadi 10 cabang, ia malah kehilangan dua cabang tokonya. Terpaksa menutup dan dengan berat hati merumahkan dua pekerjanya.
ADVERTISEMENT
Saat itu, mempertahankan satu outlet-nya yang tersisa, Rojali mendapatkan jalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Tadinya, akses permodalan itu ingin ia pakai untuk menambah outlet.
Sayangnya situasi pandemi berkata lain. Meski begitu, ia bersyukur dana tersebut bisa ia dapatkan pada waktu yang tepat. Urung mengembangkan toko, Rojali kemudian menggunakan modal tambahan untuk fokus memperbesar toko utamanya.
Saat itu, Suboba mendapatkan akses KUR UMKM mikro sebesar Rp 50 juta. Menurut Rojali, usahanya bahkan sempat ditawarkan sebesar Rp 50 juta oleh BRI, namun ia merasa kesanggupan bisnisnya adalah Rp 30 juta.
"Sempat menyesalnya saya harus menutup dua kedai dan harus memecat dua karyawan. KUR sangat membantu kala itu, karena untuk pelaku usaha di kondisi saat ini memang lebih beratnya banget untuk kita bertahan, kalau kita enggak punya dana segar untuk suntik sana sini sulit. Untuk penyambung modal karena kondisinya susah banget," ujar Rojali.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, satu outlet-nya yang tersisa itu masih mampu bertahan dengan kembali melonjaknya kasus pandemi varian Omicron. Rata-rata omzet saat ini masih bisa berkisar antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per harinya.
Menurutnya, pengusaha skala kecil cukup terbantu lantaran bunga yang 6 persen sudah sangat rendah. Meskipun sebetulnya ia masih berharap bunga dan lama masa pinjaman bisa lebih panjang lagi.
Rojali mengaku KUR tersebut merupakan kali kedua yang ia peroleh dari BRI. Pertama kali pada tahun 2016, ia juga sempat mengajukan pinjaman sebesar Rp 20 juta untuk memulai usaha penyedia jasa drone. Dia pun masih akan lanjut nantinya saat ingin kembali mewujudkan keinginan punya 10 outlet.
Digitalisasi dan Gencar Kolaborasi untuk Promosi
Rojali menuturkan, sedari awal terjun ke bisnis UMKM mikro, ia sudah sekaligus masuk ke ekosistem digitalisasi. Latar belakang sebagai jurnalis, ia akui sangat membantunya untuk melek digital serta sedikit mempermudahnya untuk promosi.
Suboba dipromosikan lewat sosial media yang digandrungi generasi milenial, seperti Instagram, Tiktok hingga Youtube. Selain itu, ia juga mencari berbagai peluang program promosi gratis dari pemerintah maupun tokoh-tokoh selebriti.
ADVERTISEMENT
Usahanya, pernah dipromosikan secara langsung oleh Sandiaga Uno. Waktu itu, Menparekraf Sandi Uno belum menjabat, tapi ia punya program bernama Jemput Rezeki.
Berdasarkan pantauan kumparan, di depan outlet-nya saat ini, foto Sandi Uno memegang dua varian minumannya menjadi salah satu foto andalan yang dipajang.
Selain itu, dia juga pernah mendapatkan promosi gratis dari pasangan selebritis Anang Hermansyah dan Ashanty. Waktu itu, Anang punya program ingin bantu promosi UMKM di tengah pandemi.
"Saya juga untuk saat ini kan kayak di pemerintahan banyak juga ya programnya, sekarang udah lumayan juga. Ada program Jumat Beli Lokal, jadi instansi pemerintahan khususnya di Jakarta mereka menggalakkan tiap hari Jumat membeli produk untuk rapat dan sebagainya, membelinya di UMKM yang terdaftar di JakPreneur," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, aksi-aksi sosial ia yakini juga mendatangkan berkah bagi usahanya. Setidaknya, Suboba punya dua program terkait ini. Setiap Jumat, akan ada minuman dan makanan yang dibagikan ke masyarakat sekitar, dari tukang ojek, tetangga, hingga santri TPA dekat rumahnya.
Kedua, kata Rojali, setiap pembelian makanan dan minuman di tempatnya, sebesar 5 persen dari total omzet sebulan merupakan dana yang dipisahkan sebagai rezeki kaum dhuafa hingga anak yatim.
"Jadi tiap minuman yang kita beli, misal satu cup bersedekah Rp 500 rupiah. Jadi tiap bulan kita akumulasi omzet Suboba misal Rp 10 juta, kita akumulasi 5 persen bagikan pada kaum dhuafa, fakir miskin dan anak yatim," tutur pria yang kini tengah menanti kelahiran anak keduanya itu.
ADVERTISEMENT
BRI Kucurkan Rp 656 Triliun untuk KUR Sejak 2015
Sejak tahun 2015, secara keseluruhan BRI sudah menyalurkan dana KUR sebesar Rp 656,8 triliun dari 2015 hingga 2021.Dana tersebut, kata Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto, diberikan kepada lebih dari 25 juta pelaku UMKM.
Dengan rincian, pada tahun 2015 sebesar Rp 16,2 triliun, kemudian Rp 69,5 triliun tahun 2016. Selanjutnya, pada tahun 2017 tercatat sebesar Rp 69,6 triliun, Rp 80,2 triliun di 2018, serta Rp 87,9 triliun di 2019. Kemudian, naik di tahun 2020 menjadi Rp 138 triliun dan Rp 194,9 triliun.
Sementara untuk tahun 2022, BRI mendapatkan tambahan alokasi penyaluran KUR dari pemerintah, yakni sebesar 70 persen dari total KUR atau setara Rp 260 triliun.
ADVERTISEMENT
"Hampir semua total portofolio kredit BRI itu mikro kecil dan menengah. Ke depan bagaimana? Mau apa? Sekarang kita diamanahkan selalu berfokus pada mikro kecil dan menengah," pungkas Aestika kepada kumparan.