Cerita Pedagang di Kantin Sekolah hingga Penjual Tempe Berjuang saat Corona

30 Juli 2020 20:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perajin menata tempe yang masih proses fermentasi di salah satu tempat pembuatan tempe. Foto:  ANTARA FOTO/Septianda Perdana
zoom-in-whitePerbesar
Perajin menata tempe yang masih proses fermentasi di salah satu tempat pembuatan tempe. Foto: ANTARA FOTO/Septianda Perdana
ADVERTISEMENT
Ujang Mulyana harus pontang-panting memikirkan usahanya yang terdampak pandemi virus corona. Sebelum virus tersebut menyerang, Ujang bisa lancar mengais nafkah. Ia memiliki usaha warung sembako, pecel ayam, dan kantin di sekolah.
ADVERTISEMENT
Kendala mulai terasa saat COVID-19 melanda Indonesia dan membuat berbagai aktivitas dibatasi. Ujang tak lagi bisa mengandalkan usahanya apalagi yang di sekolah.
“Sebelum ada COVID alhamdulillah lancar-lancar saja, tidak ada masalah apa pun. Tapi setelah COVID usaha saya turun drastis, bahkan bukan turun lagi karena yang di sekolah sama sekali (tak ada penghasilan) karena tutup, udah 5 bulan lebih enggak dagang di sekolah,” kata Ujang saat bercerita dan disiarkan secara virtual di Youtube Kemenkop UKM, Kamis (30/7).
Ujang tidak membeberkan berapa pendapatan yang didapatkannya sebelum corona dan kerugian yang didapatkannya saat virus itu datang. Ia hanya membeberkan tidak lagi bisa membayar pegawainya.
“Saya sampai tidak bisa membayar karyawan sebanyak dua orang,” ujar Ujang.
Pengrajin Tempe. Foto: Abdul Latif/kumparan
Ujang kelimpungan melanjutkan usaha kecilnya tersebut yang terancam bangkrut. Sebab, modal usaha yang dimilikinya harus digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Di tengah kondisi tersebut, Ujang terus memperhatikan perkembangan bantuan yang diberikan pemerintah dan perbankan. Sampai akhirnya, ia memberanikan diri datang ke Bank BRI untuk mencari solusi.
“Lalu saya memberanikan diri datang ke BRI barangkali bisa ternyata alhamdulillah BRI ada punya pogram saya dapat nominalnya lumayan membantu berjalannya usaha saya, nominalnya Rp 25 juta untuk tambahan modal saya,” ungkap Ujang.
Dengan tambahan modal sebesar Rp 25 juta, usaha Ujang perlahan mulai bergerak lagi. "Yang belum jalan lagi adalah kantin sekolah, karena sekolah masih ditutup,” terang Ujang.
Senada dengan Ujang, Slamet seorang pengusaha tempe juga merasakan hal yang sama. Ia mengungkapkan usahanya turun drastis karena banyak pelanggan yang pulang kampung akibat pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Mayoritas pelanggan saya pedagang warung makan,” ungkap Slamet.
Namun, Slamet terus berusaha menjalankan usahanya sampai mendapatkan bantuan dari BRI berupa KUR Mikro sebesar Rp 25 juta dan tambahan modal Rp 35 juta. Slamet pun berharap kondisi bisa segera pulih, agar usahanya bisa kembali berjalan normal.
“Saya biasa memproduksi tempe sebanyak satu kuintal perhari. Mudah-mudahan, usaha saya bisa kembali normal,” tutur Slamet.
Sementara itu, Kepala Divisi Bisnis Mikro Bank BRI Made Antara Jaya memastikan pihaknya terus berupaya membantu UMKM. Ia mengaku sudah melakukan survei lapangan mengenai debitur khususnya KUR Mikro yang masih berjalan pada periode April sampai Mei 2020 namun kekurangan modal.
Selain adanya restukturisasi sampai strategi lainnya yang ada di program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Made menjelaskan bahwa di BRI ada produk yang dinamakan Kumpedes Bangkit, dengan maksimal kredit Rp 25 juta atau 20 persen dari plafon kredit yang sudah didapat sebelumnya.
ADVERTISEMENT