Cikarang Dry Port Bisa Efisien 70% Setelah Terapkan Teknologi IoT

4 Juli 2018 18:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cikarang Dry Port (Foto: jababeka.com)
zoom-in-whitePerbesar
Cikarang Dry Port (Foto: jababeka.com)
ADVERTISEMENT
Cikarang Dry Port, salah satu perusahaan yang bergerak di industri pelabuhan dan jasa logistik, telah mengadopsi Teknologi Internet of Things (IoT). Adapun layanan teknologi yang dikembangkan perusahaan yaitu SmartPort.
ADVERTISEMENT
Menurut Managing Director PT Cikarang Inland Port, Benny Woenardi, sejak beroperasinya Cikarang Dry Port pihaknya telah menerapkan layanan aplikasi. Namun, seiring dengan perkembangan digital, pihaknya kemudian mengembangkan layanan digital dengan menghadirkan layanan SmartPort.
"Dulu komunikasinya saya telpon ke sana, ke sini, sekarang gabung jadi satu. Dulu pekerjaannya bisa setengah hari, sekarang sekian menit udah selesai dan semua terinform dengan baik, ada dokumentasinya," kata Benny usai acara konferensi pers Asia IoT Business Platform di Ritz Carlton, Jakarta Selatan, Rabu (4/7).
Tak hanya itu, Benny mengatakan layanan SmartPort bisa meningkatkan efisiensi perusahaan. Sebab, pelayanan yang ada di Pelabuhan bisa dapat ditangani dengan cepat. Menurut dia, meningkatan pelayanan merupakan kunci dari bisnis untuk di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
"Dari pertama kami gunakan impactnya masih kecil baru sekitar 10-15%. Sekarang kalau kita bandingkan dengan awalnya hampir 60-70% efisiensi," kata dia.
Bahkan, dengan kemudahan pelayanan yang saat ini ditawarkan perusahaan, tingkat volume kendaraan yang keluar masuk pelabuhan juga mengalami peningkatan. Sejak awal beroperasi 2013 hingga saat ini tingkat volume kendaraan tercatat mengalami peningkatan hingga 800%.
“Tiap hari, sudah 500-600 trip, dan semester I 2018 terjadi peningkatan volume sebesar 27% dari periode yang sama tahun sebelumnya,” ujarnya.
Benny menjelaskan, untuk mengembangkan teknologinya perusahaan mengalokasikan investasi dana sekitar Rp 10 miliar. Namun, yang terserap untuk pengembangan aplikasi tersebut hanya 50% dari dana yang diinvestasikan.
"Dari awal kami alokasikan Rp 10 miliar dan yang kepakai enggak sampai 50% itu yang kita maintance desain mesti berubah sesuai pertumbuhan mungkin harus diubah lagi," jelasnya.
ADVERTISEMENT