Co-Firing, Siasat Baru PLN Genjot Penggunaan Energi Terbarukan

7 Mei 2021 14:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLTU Indramayu. Foto: Dok. PLN
zoom-in-whitePerbesar
PLTU Indramayu. Foto: Dok. PLN
ADVERTISEMENT
PT PLN (Persero) berupaya meningkatkan penggunaan energi terbarukan dengan biaya yang terjangkau dan tetap menjaga keandalan pasokan listrik. Salah satu caranya yakni dengan co-firing, yakni mengganti sebagian batu bara untuk bahan bakar PLTU dengan biomassa.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini, mengungkapkan bahwa co-firing ini cocok dilakukan di Pulau Jawa yang memiliki banyak PLTU berkapasitas besar.
“Salah satu inovasi PLN dalam mencapai target bauran energi terbarukan dengan menerapkan co-firing biomassa di PLTU eksisting melalui substitusi sebagian dari batu bara dengan bahan bakar biomassa, baik yang berasal dari pelet maupun dari hutan tanaman energi,” kata Zulkifli saat konferensi pers secara virtual, Jumat (7/5).
Lewat co-firing tersebut, PLN dapat meningkatkan bauran EBT tanpa perlu membangun pembangkit listrik baru. “Ada alternatif lain dari penggunaan sampah, itu tidak seperti PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) seperti yang di Surabaya itu. Tetapi sampah kita konversi ke dalam bentuk pelet dan dari pelet itu digunakan menjadi bagian energi primer PLTU eksisting dari PLN,” ujar Zulkifli.
Uji coba penggunaan palet kayu di PLTU Indramayu. Foto: Dok. PLN
Zulkifli mengatakan, PLN sudah menjalankan co-firing pada 8 PLTU eksisting sejak 2018 lalu. Selain itu, ada 29 PLTU yang masih uji coba co-firing. Zulkifli menargetkan di tahun 2025 ada 52 lokasi PLTU yang bisa mengimplementasikan program co-firing.
ADVERTISEMENT
“Kami targetkan pada tahun 2025 sebanyak 52 lokasi PLTU PLN akan mengimplementasikan program co-firing dengan kontribusi produksi listrik dari co-firing saja sebesar 10,6 Gigawatt dengan kebutuhan biomassa 9 juta ton per tahun,” ungkap Zulkifli.
Zulkifli membeberkan, kebutuhan biomassa sebesar 9 juta ton itu baru 20 persen dari pasokan yang ada. Sebab berdasarkan pemetaan yang dilakukan PLN, ketersediaan biomassa mencapai 41,6 juta ton per tahun.
Selain dari sampah yang dikonversi menjadi pelet, Zulkifli menuturkan, co-firing bisa memanfaatkan hutan tanaman industri dan lahan kering yang selama ini belum termanfaatkan. Sehingga tidak merusak vegetasi dan ekosistem yang sudah ada.
Manfaat lain dari co-firing adalah pemberdayaan masyarakat. Pengolahan sampah dan tanaman energi menjadi pelet tentu akan membuka lapangan kerja baru, ada efek berganda yang positif untuk ekonomi dan sosial. Ia berharap semakin banyak kerja sama dengan masyarakat untuk menjalankan program tersebut.
ADVERTISEMENT
“Pemanfaatan lahan kering akan menyerap tenaga kerja dan akan menggerakkan UMKM untuk berpartisipasi ke pengolahan tanaman energi, sehingga akan meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar lahan kering tersebut. Sehingga pada akhirnya menggerakkan perekonomian,” tutur Zulkifli.