Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Coca-Cola hingga KFC Pangkas Upah Pegawai demi Naikkan Gaji CEO di Masa Pandemi
11 Mei 2021 12:35 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal itu terungkap dari laporan yang dirilis Institute for Policy Studies seperti dilansir Reuters, Selasa (11/5). Institute for Policy Studies mengkaji laporan keuangan 100 perusahaan blue chip di dalam Indeks S&p 500 di bursa saham Wall Street, hingga mereka mengungkap temuan mengejutkan itu.
Dalam laporan itu disebutkan, sebanyak 51 dari 100 perusahaan yang memangkas upah pegawai demi menaikkan gaji CEO , di antaranya Coca-Cola Co, Yum Brands Inc yang mengelola restoran cepat saji KFC, hingga operator kapal pesiar Carnival Corp.
Mereka memangkas upah pekerja 2 persen atau rata-rata sebesar USD 28,187 pada sepanjang 2020 lalu. Di saat yang sama gaji para CEO di perusahaan itu naik 29 persen jadi rata-rata USD 15,3 juta. Laporan itu juga mengungkapkan, untuk melegitimasi kenaikan gaji CEO-nya perusahaan menurunkan target mereka, memberikan bonus retensi, mengubah skema bonus saham berbasis kinerja jadi hibah saham berbasis masa kerja.
ADVERTISEMENT
Temuan ini pun mendorong para investor yang hadir di RUPS perusahaan, untuk menolak rencana kenaikan gaji dan kompensasi para eksekutif korporasi tersebut. Reuters menulis, pada tahun 2021 ini lebih banyak perusahaan mengalami penolakan rencana kenaikan gaji eksekutif mereka.
Menanggapi laporan ini, manajemen Carnival Corp. menyatakan CEO mereka Arnold Donald, tidak menerima bonus tunai pada tahun 2020 lalu. Selain itu, total kompensasinya justru turun 29 persen dibandingkan 2019. Sementara manajemen Yum Brands Inc yang mengelola KFC , mengatakan peningkatan kompensasi bagi CEO mereka David Gibbs sudah tepat, karena dia dan eksekutif lainnya membantu menstabilkan bisnis di masa pandemi.
Sementara itu salah seorang penyusun laporan tersebut, Sarah Anderson, menyatakan pihaknya tak bisa terlalu berharap pada manajemen perusahaan untuk memperbaiki masalah kompensasi bagi para CEO yang dianggap berlebihan.
ADVERTISEMENT