Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Cuma NTB yang Ekonominya Negatif, Imbas Aturan Larangan Ekspor Tembaga
7 Agustus 2023 12:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi satu-satunya wilayah yang ekonominya negatif di kuartal II 2023. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, mengatakan kondisi ini disebabkan oleh menurunnya kegiatan pertambangan dan penggalian, khususnya produksi tembaga serta kegiatan pertanian dan perhutanan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data BPS, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTB kuartal II 2023 negatif 1,54 persen secara year to year/yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu positif 3,55 persen. Sementara secara secara bulanan (month to month/mtm) negatifnya berkurang jadi negatif 0,11 dari periode sebelumnya negatif 2,38 persen.
Sumber pertumbuhan ekonomi NTB di kuartal II 2023 negatif 0,48 persen. Beda dengan ekonomi di NTT yang masih positif meski tipis 0,90 persen. Sedangkan ekonomi Bali 2,59 persen. Secara keseluruhan, ekonomi Bali-Nusra (Nusa Tenggara) 3,01 persen.
"Kalau kita lihat, dari Produk Domestik Regional Bruto Nusa Tenggara Barat yang terkontraksi di kuartal II 2023 ini adanya penurunan kegiatan pertambangan dan penggalian khususnya produksi tembaga serta kegiatan kehutanan dan pertanian khususnya produksi padi," kata Edy dalam konferensi pers, Senin (7/8).
ADVERTISEMENT
Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia secara nasional di kuartal II 2023 mencapai 5,17 persen secara tahunan (year on year/ yoy) dan tumbuh 3,86 persen secara kuartalan (quarter to quarter/qtq).
Edy Mahmud memaparkan perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II 2023 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 5.226,7 triliun, sementara berdasarkan harga konstan mencapai Rp 3.075,7 triliun.
"Di tengah melambatnya perekonomian global dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan, perekonomian Indonesia tumbuh 5,17 persen year on year," ujar Edy.