Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ramadhan kali ini dianggap kurang membawa berkah bagi sejumlah pedagang di Pasar Tanah Abang , Jakarta. Para pedagang itu bahkan harus kehilangan omzet Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar di momen puasa tahun ini.
ADVERTISEMENT
Salah seorang pedangan pakaian di Blok A Pasar Tanah Abang , Kusumawati, bahkan mengaku kehilangan omzet sekitar Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar di Ramadhan tahun ini. Menurutnya, penurunan omzet tersebut merupakan yang terparah selama hampir 20 tahun ia berjualan.
"Kalau sehari biasanya normal itu Rp 50-100 juta pemasukan. Kalau puasa naik bisa tiga kali lipat. Ini kita berapa hari enggak bisa jualan selama puasa, omzet saya turun Rp 500 juta, hampir Rp 1 miliar lah," kata Kusumawati saat berbincang dengan kumparan di Blok A Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (15/6).
Menurut dia, faktor utama anjloknya omzet selama momen puasa adalah kondisi keamanan dan politik di Indonesia yang memanas dalam beberapa waktu terakhir ini. Akibatnya, sejumlah pedagang mesti tutup toko untuk menghindari risiko.
ADVERTISEMENT
"Kita mau enggak mau ya tutup waktu kisruh Pemilu itu. Hampir tiga hari lebih kita enggak buka. Coba bayangin, bulan puasa itu kan waktunya kita cari berkah, ini malah amsyong," katanya.
Selain faktor keamanan, mahalnya tiket pesawat terbang juga mengakibatkan sepinya pembeli di Pasar Tanah Abang . Apalagi Kusumawati bilang, pembeli setianya tak hanya dari Jabodetabek.
"Kalau yang dari daerah, mereka sekarang minta via WhatsApp aja gitu. Kita kirim foto nih baju-baju yang baru datang stoknya, mereka tinggal bilang mau pesan berapa, kita kirim. Udah enggak mau dateng lagi, mahal di ongkos pesawat," jelasnya.
Tak hanya itu, maraknya toko online yang dianggap lebih praktis dan menawarkan berbagai promo, juga dinilai sebagai faktor menurunnya penjualan di Pasar Tanah Abang. Padahal menurut Kusumawati, barang yang dijual di toko online kebanyakan juga berasal dari barang yang dijualnya.
ADVERTISEMENT
"Kita kan enggak tahu online-online gitu, pas dilihat, ini sih barangnya sama aja sama yang kita jual. Malah lebih bagus barang kita saya rasa. Cuma kalau online gitu memang packaging aja, kita kan masih tradisional," jelasnya.
Sementara itu, Hasan, salah seorang pedagang pakaian di Blok B Pasar Tanah Abang, mengaku tengah mempelajari cara berjualan seperti toko online. Menurutnya, perubahan perlu dilakukan untuk mengikuti perkembangan teknologi.
"Sekarang anak saya yang nerusin kalau mau online. Dikit-dikit belajar online juga. Pedagang di sini juga rata-rata mulai banyak yang online juga, tapi terbatas emang. Kalau enggak gitu, ketinggalan zaman," tambahnya.
Hasan pun mengakui, Ramadhan kali ini tak banyak membawa berkah baginya. Berbagai keadaan domestik maupun eksternal menambah sulitnya situasi.
ADVERTISEMENT
"Omzet saya ada kali turun Rp 300-500-an juta Ekonominya juga sulit, kita mau dapat barang dari sananya juga sudah mahal, rupiah juga makin tinggi, sulit," tambahnya.