Dana Asuransi Akan Jadi Sumber Baru Modali Infrastruktur

3 Desember 2019 16:42 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman pada acara Green Sukuk lnvestor Day 2019 di Grand Indonesia, Jakarta, Sabtu (16/11). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman pada acara Green Sukuk lnvestor Day 2019 di Grand Indonesia, Jakarta, Sabtu (16/11). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Dana asuransi akan menjadi sumber baru untuk pembiayaan proyek infrastruktur. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bahkan tengah mengkaji insentif fiskal untuk menstimulus industri asuransi tersebut.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan premi asuransi hanya 9 persen sepanjang tahun 2018. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan yang mencapai 12,88 persen.
"Kita membuat peraturan yang lebih relaksasi, termasuk insentif fiskal. Memang belum ditentukan insentif apa, tapi itu diusulkan oleh forum, karena mau kita kaji dulu," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman dalam konferensi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/12).
Meski masih belum menjelaskan detail, Luky menekankan insentif tersebut akan segera digalakkan agar industri asuransi bisa kian tumbuh. "Bagaimana kita membangkitkan lagi, menambah lebih banyak lagi pembeli asuransi," tegasnya.
Ilustrasi Asuransi Foto: Pixabay
Luky menambahkan, bisnis asuransi penting untuk didorong karena sektor ini bernilai potensial. Termasuk menjadi salah satu sumber pembiayaan jangka panjang dalam pembangunan infrastuktur.
ADVERTISEMENT
"Asuransi itu jadi salah satu penopang industri keuangan kita. Karena dengan makin banyak dana tersedia itu akan makin banyak juga dana untuk membangun pembangunan Indonesia termasuk infrastruktur," tutur dia.
Untuk bisa mewujudkan itu, Luky bilang, tugas yang mesti digenjot utamanya ialah edukasi. Sebab tak dipungkiri, masyarakat Indonesia masih banyak yang belum melek dan menjadikan asuransi sebagai suatu kebutuhan yang penting.
"Jadi itu pekerjaan rumah kita bersama baik bagi pemerintah, otoritas jasa keuangan, termasuk masyarakat. Jadi program edukasi, program membangkitkan kesadaran untuk berasuransi itu jadi penting," ujarnya.