Dapat Uang Gusuran Tol Yogya-Bawen, Warga Desa di Sleman Jadi Miliarder Baru

1 September 2021 10:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto salah satu rumah warga di Pundong, Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman yang terdampak tol Yogya-Bawen. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Foto salah satu rumah warga di Pundong, Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman yang terdampak tol Yogya-Bawen. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Dusun Pundong 1, 2, 3 dan 4 di Desa Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) jadi salah satu wilayah yang terdampak proyek jalan tol Yogya-Bawen. Setidaknya ada 160-an bidang tanah yang mayoritas pekarangan dan rumah harus tergusur. Warga pun mendapat ganti miliaran rupiah.
ADVERTISEMENT
"Pundong 1 sampai Pundong 4 itu sekitar 160-an bidang yang kena. Ada yang satu orang punya dua, punya tiga bidang juga ada. Pundong 3 tempat saya, ada 45 bidang. Rumahnya ada itu ada 25 rumah yang kena. Khusus Pundong 3. Karena saya dukuh Pundong 3," kata Dukuh Pundong 3, Pekik Basuki, saat dihubungi wartawan, Rabu (1/9).
Pekik menjelaskan, satu KK rata-rata bisa mendapat Rp 5 miliar. Namun, ada satu warganya yang mendapat Rp 12 miliar karena bidang tanahnya luas dan berada di pinggir jalan.
Dirinya juga mengaku terdampak tol. Tanah seluas 2.400 meter persegi milik istri yang saat ini ditempati, serta tanah miliknya seluas 500 meter persegi turut terkena.
"Kalau ditotal yang 2.400, Rp 9 miliar. Punya saya itu Rp 1,050 miliar," katanya.
Foto udara suasana mobilitas kendaraan di ruas Jalan Tol Semarang-Solo di Bawen, Selasa (13/7/2021). Tol ini nantinya terhubung ke Yogyakarta. Foto: Aji Styawan/ANTARA FOTO

Meski Jadi Miliarder, Warga Desa Tak Foya-foya

Ganti rugi Rp 4 juta per meter persegi tersebut menurutnya sudah di atas pasaran yang sekitar 1,5 juta per meter persegi. Mendapatkan uang sebanyak itu, Pekik memilih berinvestasi. Istilahnya dari tanah kembali jadi tanah.
ADVERTISEMENT
"Kalau milik saya memang bangun rumah karena tergusur. Saya membangun rumah dan juga beli rumah juga di beberapa tempat. Sudah saya atasnamakan anak-anak saya langsung," ujarnya.
Selain arahan dari Pemdes untuk tidak foya-foya, Pekik mengakui bahwa warga sudah pintar mengelola uang. Mayoritas dari mereka membelanjakan uangnya untuk rumah dan tanah. Sebagian lagi untuk merintis usaha.
"Kebanyakan merintis bangun rumah, untuk tanah. Dan untuk usaha baru," katanya.
Memang ada salah satu KK yang memutuskan untuk membeli tiga mobil baru. Tapi KK tersebut juga membangun rumah dan membeli tanah.
"Yang mobil baru cuma 3. Ada (warga yang beli) mobil seken ada dua. Kalau motor ada saya lihat ada," katanya.
Ketidaktertarikan warga untuk foya-foya sudah terlihat saat pencairan ganti rugi. Di situ banyak sales yang datang membawa brosur mobil baru tapi tidak digubris. Sales pun gigit jari karena tidak ada yang laku. Ketika sekarang ada sales masuk kampung, warga juga tidak tertarik.
ADVERTISEMENT
"Banyak sales masuk Pundong. Tapi masyarakat tidak melirik, enggak ikut istilahnya," ujarnya.
Warga Pundong 3 Kamidi (83) kepada wartawan menuturkan dirinya kembali dari tanah perantauan di Sumatera untuk mengurus administrasi pencairan ganti rugi tol. Dia yang mendapat ganti rugi sekitar Rp 4,5 miliar untuk dua lahannya.
"Ini saya bagikan ke enam anak-anak. Semua kebagian," katanya.
Kamidi pun berpesan kepada anak-anaknya agar menggunakan uang untuk investasi. Lantaran uang tersebut hasil penjualan tanah maka sebaiknya dibelikan tanah kembali.
"Jangan buat mewah-mewah beli mobil. Yang penting balik tanah, harusnya kalau tanah ya balik tanah, kalau rumah balik rumah," katanya.
Hal senada juga diakui Sumarsih, yang mendapat ganti rugi Rp 2 miliar. Ia memilih membelanjakan uangnya untuk beli rumah. Jika ada sisa, dia akan membagi rezeki kepada saudara yang lain. "Rumah kena ya buat pindah rumah," katanya.
ADVERTISEMENT