Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Dari Tembagapura ke Gresik, Keberlanjutan Hilirisasi Tambang RI Menuju Global
12 November 2024 23:24 WIB
·
waktu baca 7 menitADVERTISEMENT
Setiap hari sekitar 15 truk berukuran besar bergantian memasukkan bongkahan batu ke salah satu mesin penghancur atau crusher di area tambang Deep Mile Level Zone (DMLZ ) yang dikelola PT Freeport Indonesia di area tambang bawah tanah (underground mining) Grasberg, Tembagapura , Papua. Area ini berada di kedalaman sekitar 1,1 kilometer (km) hingga 1,3 km di bawah permukaan tanah.
ADVERTISEMENT
Meski jauh di dalam perut gunung, DMLZ tak pernah sepi. Aktivitas pertambangan berjalan 24 jam untuk menghasilkan material berharga seperti tembaga, perak, dan emas.
kumparan berkesempatan melihat langsung truk jumbo itu silih berganti membantu batuan ke dalam mesin penghancur yang dipandu langsung Area Owner DLMZ Operation, Hubertus Haluk. Dia mengatakan 1 truk biasanya memuat 50 ton batuan untuk sekali angkut ke mesin yang terlihat seperti blender raksasa itu.
"Karena kita punya target 60-63 ribu ton per hari di DLMZ ini. Sementara di sini ada 15 truk yang aktif, jadi per jam kita targetkan bisa angkut 3-5 ribu ton (batuan)," katanya kepada kumparan, Selasa (22/10/2024) di area tambang DMLZ.
ADVERTISEMENT
Rombongan yang berada di dalam area tersebut harus menggunakan Alat pelindung diri (APD) lengkap, termasuk masker atau respirator yang wajib dipakai agar tidak terkena debu halus saat batuan dihancurkan.
Perjalanan puluhan ribu ton batuan ini tidak berhenti sampai di mesin tersebut. Setelah diekstraksi menjadi lebih halus, batuan akan dipisahkan menjadi material berharga dan tidak berharga. Perbandingannya, dalam 1 ton batuan, hanya 3 persen material berharga dan 97 persennya limbah yang dikenal dengan sebutan tailing.
Proses memisahkan material berharga dan tidak berada di Mile 74, masih di area Grasberg tapi sudah di luar tambang bawah tanah. Material berharga yang berhasil dipisahkan berbentuk konsentrat.
"Setelah itu, konsentrat dibawa melalui pipa dari atas ke dataran bawah (lowland) yaitu Mile Port 52 untuk dikirim ke smelter di Gresik ," terangnya.
ADVERTISEMENT
Panjang pipa Mile 74 Grasberg ke Mile 52 Port Freeport Indonesia sekitar 74 kilometer. Pipa ini digunakan untuk mengalirkan konsentrat tembaga dari area tambang yang terletak di ketinggian ke fasilitas pengolahan dan ekspor di sepanjang pesisir Papua. Sistem pipa ini merupakan salah satu infrastruktur vital bagi Freeport Indonesia karena efisien.
Masa Depan Hilirisasi di Gresik
DMLZ menjadi salah satu dari tiga area tambang bawah tanah yang aktif berproduksi selain Grasberg Block Cave (GBC) dan Big Gossan. Ada satu lagi yang area yang tengah dibangun (development) yaitu Kucing Liar yang direncakana bisa produksi pada 2028-2029. Sementara Deep Ore Zone (DOZ) di dekat DMLZ sudah tidak dikembangkan lagi seperti tambang terbuka (open pit) di Grasberg .
ADVERTISEMENT
Perjalanan dari Mile 52 Port di Kabupaten Mimika, Papua (pelabuhan yang digunakan oleh Freeport Indonesia untuk mengirimkan konsentrat tembaga) menuju smelter Freeport di Java Integrated Industrial Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, melalui jalur laut dan udara, membutuhkan waktu yang cukup lama karena melibatkan dua jenis transportasi utama.
Pertama, transportasi laut. Dari Mile 52 Port, konsentrat tembaga biasanya diangkut dengan menggunakan kapal tongkang ke Pelabuhan Amamapare di Teluk Amamapare, yang lebih dekat ke Timika. Waktu yang diperlukan untuk perjalanan ini bervariasi tergantung pada kondisi cuaca dan lalu lintas laut, tetapi secara umum memakan waktu antara 1 hingga 2 hari.
Kedua, transportasi laut ke Gresik. Setelah berada di Pelabuhan Amamapare, konsentrat tembaga dikirim menggunakan kapal besar menuju Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, yang merupakan pelabuhan terdekat ke Gresik. Perjalanan laut dari Papua ke Surabaya biasanya memakan waktu sekitar 7 hingga 10 hari, tergantung rute yang diambil dan kondisi cuaca.
ADVERTISEMENT
Ketiga, transportasi darat. Setelah tiba di Pelabuhan Tanjung Perak, konsentrat tembaga akan diangkut menggunakan transportasi darat (truk) menuju smelter Freeport di Gresik, yang berjarak 20-30 km dari pelabuhan. Waktu tempuh darat ini biasanya sekitar 1 hingga 2 jam, tergantung pada kondisi lalu lintas.
Total waktu perjalanan dari Mile 52 Port Freeport ke smelter Freeport di Gresik bisa memakan waktu sekitar 10 hingga 14 hari, tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi jalur transportasi laut dan darat.
Perjalanan panjang ini konsentrat menjadi katoda tembaga, emas, dan perak ini sepadan dengan hasil yang akan dipetik Indonesia. Presiden Jokowi saat meresmikan produksi perdana katoda di smelter ini, 23 September 2024, mengatakan nilai investasi untuk proyek yang menempati lahan 100 hektar ini mencapai Rp 56 triliun.
ADVERTISEMENT
"Saya tahu memang ini adalah investasi yang tidak kecil, Rp 56 triliun itu bukan uang yang kecil, uang yang gede banget. Sehingga saya juga sadar memang perusahaan harus mengkalkulasi perusahaan harus berhitung apa keuntungan membangun smelter sebesar ini," katanya.
Jokowi mengatakan, potensi penerimaan negara dari pembangunan produksi smelter dari PT Freeport Indonesia ini bisa mencapai Rp 80 triliun.
"Hitung-hitungan saya penerimaan negara masuk kira-kira Rp 80 triliun rupiah dari PT Freeport Indonesia, baik berupa dividen, royalti, PPh badan, PPh karyawan, pajak untuk daerah, bea keluar, pajak ekspor semuanya kira-kira angkanya seperti itu. Ini angka yang sangat besar sekali," ujar Jokowi.
Smelter PT Freeport Indonesia dirancang dengan kapasitas pemurnian 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Bersama dengan smelter yang dioperasikan PT Smelting, keduanya akan memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun.
ADVERTISEMENT
Babak Baru Dominasi Rantai Pasok Emas Global
Setelah smelter baru di Gresik berproduksi, Freeport tak butuh waktu lama untuk terus memberikan manfaat nilai tambah dengan memproduksi emas batangan dengan melakukan pemurnian lumpur anoda atau Precious Metal Refinery (PMR). Emasnya kemudian dijual ke PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Babak baru ini ditandai dengan perjanjian kerja sama antar sesama Grup MIND ID pada Kamis (7/11) yang disaksikan Menteri BUMN Erick Thohir, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung, dan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana.
ADVERTISEMENT
Erick Thohir menyampaikan Sinergi Indonesia Emas ini akan mampu menjadikan Indonesia lebih mandiri. Momentum ini juga akan menaikkan level Indonesia di kancah global, yang saat ini baru masuk sebagai pemilik cadangan emas batangan terbesar ke-43 dunia.
"Dengan kerja sama ini, kita menyaksikan MIND ID dengan Anggotanya Antam dan Freeport Indonesia bersinergi untuk kebaikan bangsa. Tentu tidak cukup di situ. Kami akan terus menggali kesempatan sinergi lebih lanjut, termasuk untuk pembentukan Bullion Bank," katanya.
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan perseroan memiliki mandat untuk mengelola cadangan sumber daya alam mineral. Cadangan sumber daya mineral tersebut perlu ditingkatkan nilai tambahnya melalui program hilirisasi secara terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Oleh karena itu, MIND ID bersama seluruh Anggota konsisten mencari kesempatan sinergi di internal grup, serta kolaborasi dengan berbagai mitra di sektor industri pertambangan mineral baik nasional serta global.
ADVERTISEMENT
Hendi menyampaikan, melalui sinergi dan kolaborasi antara Antam dan Freeport Indonesia, maka potensi pengembangan usaha Grup MIND ID dapat lebih diperkuat, sehingga menambah basis kekuatan bisnis perusahaan sebagai tulang punggung hilirisasi sumber daya mineral Indonesia.
Menurut Hendi, ekonomi Indonesia akan mendapatkan dampak positif khususnya dari penghematan devisa, yang selama ini digunakan untuk mengimpor bahan baku emas dari luar negeri.
ADVERTISEMENT
"Dengan sinergi ini, Indonesia menghemat devisa karena tidak harus importasi bahan baku untuk produksi logam mulianya Antam. Artinya rakyat Indonesia menikmati hasil dari hasil bumi sendiri, dari bahan baku sampai bahan jadinya," katanya.
Hendi memaparkan Freeport Indonesia adalah salah satu produsen emas di Indonesia dengan kapasitas pemurnian sekitar 50 ton sampai 60 ton emas per tahun.
Sementara itu, Antam menjadi satu-satunya Anggota MIND ID yang telah berhasil melakukan kapitalisasi di pasar end user Indonesia, dengan penjualan pada tahun 2023 mencapai 26,1 ton.
ADVERTISEMENT
Dengan kerja sama ini, Hendi menekankan bahwa Freeport Indonesia memiliki channel penyaluran emas yang lebih baik. Antam pun memiliki kepastian pasokan bahan baku dari dalam negeri dan untuk terus menjawab kebutuhan investasi masyarakat Indonesia yang terus meningkat.
"Tentunya sinergi ini akan kami dorong terus antar Anggota Grup MIND ID dan akan kami jadikan model ke depan, yakni bagaimana satu rantai pasok industri bisa kita optimalkan di dalam negeri dan oleh bangsa sendiri," katanya.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas menjelaskan PMR Freeport menjadi salah satu produsen emas murni batangan di Indonesia dengan kapasitas pemurnian sekitar 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun serta Platinum Group metals yaitu 30 kg platinum, 375 kg Paladium. Produksi emas pertama dari PMR PTFI direncanakan pada minggu ke 2 Desember 2024.
ADVERTISEMENT
"Estimasi saat ini hingga akhir tahun 2024 produksi emas sebesar 0,5 ton dan pada kuartal pertama 2025 sebesar 4,75 ton,” kata Tony.
Tony menegaskan penandatanganan perjanjian jual beli emas antara Freeport Indonesia dengan ANTAM merupakan komitmen dalam mewujudkan hilirisasi di dalam negeri.