Deflasi, Kelas Menengah Turun Kasta, & Pendapatan Anjlok Jadi Alarm Ekonomi RI?

3 September 2024 13:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melintas di pelican crossing di kawasan perkantoran Sudirman, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melintas di pelican crossing di kawasan perkantoran Sudirman, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Fenomena deflasi beruntun selama empat bulan, kabar mengenai kelas menengah yang turun kasta, hingga tren penurunan pendapatan riil masyarakat atau disposable income menjadi sorotan.
ADVERTISEMENT
Pada Senin (1/9), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indeks Harga Konsumen atau IHK Indonesia pada Agustus 2024 kembali mengalami deflasi 0,03 persen. Ini deflasi beruntun sejak Mei 2024.
Ekonom Indef, Eko Listiyanto, menilai pemerintah perlu waspada dengan kondisi tersebut. Sebab, hal itu akan berdampak pada target pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Deflasi beruntun dan anjloknya kelas menengah ini harus diwaspadai, ekonomi bisa saja akan melambat ke depan jika tidak ada perubahan kebijakan terkait daya beli kelas menengah," kata Eko kepada kumparan, Selasa (3/9).
Fenomena Deflasi dan Krisis Ekonomi
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menduga deflasi terjadi karena masyarakat menahan belanja.
“Diduga rumah tangga menahan konsumsi non-makanan. Sehingga seharusnya terlihat pada turunnya permintaan atau demand dari konsumsi non-makanan,” kata Pudji dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Senin (2/9).
ADVERTISEMENT
Pudji menyebut fenomena deflasi beruntun bukanlah hal baru. Dia menyinggung kejadian krisis moneter atau finansial hingga krisis pandemi COVID-19 yang menyebabkan deflasi beruntun.
“Fenomena deflasi di Indonesia bukanlah fenomena baru. Jadi pada tahun 1999 setelah krisis finansial Asia, Indonesia mengalami deflasi 7 bulan berturut-turut yaitu Maret 1999 sampai September 1999 sebagai akibat depresiasi nilai tukar dan penurunan sejumlah harga barang,” ungkapnya.
Periode deflasi lainnya terjadi pada Desember 2008 dan Januari 2009 selama krisis finansial global. Dalam periode ini, deflasi terjadi karena penurunan harga minyak dunia hingga pelemahan permintaan domestik.
Pendapatan Riil Masyarakat Terus Turun, Tapi Biaya Hidup Naik
Warga beristirahat usai berbelanja baju Lebaran di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (30/3/2024). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas mengungkap sejumlah tantangan ekonomi yang harus dihadapi Indonesia. Salah satunya tren penurunan pendapatan disposabel (disposable income).
ADVERTISEMENT
Adapun Disposable income menggambarkan nilai maksimum pendapatan masyarakat yang tersedia (setelah dikurangi pajak), yang dapat digunakan untuk konsumsi.
Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas, Scenaider C.CH Siahaan, mengatakan proporsi disposable income terhadap GDP per kapita menunjukkan penurunan sejak 2010.
"Tantangan Indonesia adalah pendapatan disposabel masyarakat yang menunjukkan tren penurunan," kata Scenaider dalam paparannya saat rapat bersama Komite IV DPD RI, dikutip Selasa (3/9).
Berdasarkan data yang dia paparkan, pada 2010 proporsi disposable income terhadap GDP per kapita sebesar 78,5 persen, kemudian naik dan menjadi yang tertinggi pada 2011 sebesar 78,9 persen.
Namun, tren tersebut terus menurun, yakni menjadi 77,5 persen di 2012, kemudian 77,1 persen di 2013, dan mencapai titik terendah di 2023 sebesar 72,7 persen.
ADVERTISEMENT
"Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pendapatan disposabel meningkat, akan tetapi nilainya secara riil untuk konsumsi relatif menurun," katanya.
Menurut dia, penurunan pendapatan riil dipengaruhi oleh tekanan inflasi sebagai akibat ketidakpastian global seperti COVID-19, perang Rusia-Ukraina, perang dagang.
“Serta naiknya biaya hidup secara umum,” ujarnya.
Tangkapan layar paparan Bappenas terkait disposable income. Dok: Istimewa
Hampir 10 Juta Kelas Menengah Turun Kasta
Banyaknya kelas menengah di Indonesia yang turun kasta diungkapkan BPS. Penurunan setidaknya terjadi dalam lima tahun terakhir.
Pada 2019, Jumlah kelas menengah di Indonesia tercatat sebanyak 57,33 juta orang atau 21,45 persen dari total penduduk. Sementara di 2024, jumlah kelas menengah turun menjadi 47,85 juta orang atau 17,13 persen.
Turunnya jumlah kelas menengah di Indonesia diiringi dengan meningkatnya jumlah penduduk menuju kelas menengah, yakni sebanyak 8,6 juta orang.
ADVERTISEMENT