Di Tengah Tudingan Spionase, Bisnis Huawei Tetap Diminati

3 Juni 2019 11:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pemasangan jaringan kabel bawah laut. Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemasangan jaringan kabel bawah laut. Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
ADVERTISEMENT
Di tengah boikot Amerika Serikat termasuk Google, bisnis Huawei tetap diminati. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penawaran akuisisi bisnis jaringan kabel bawah laut milik Huawei, oleh sebuah perusahaan jaringan optik China.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Huawei Technologies Co Ltd berencana untuk menjual 51 persen sahamnya di bisnis kabel telekomunikasi bawah laut.
Bisnis yang dikelola anak perusahaan Huawei, yakni Huawei Marine Systems Co Ltd, ditawar oleh perusahaan jaringan optik berbasis di Provinsi Jiangsu, Hengtong Optic-Electric Co Ltd.
Tawaran Hengtong telah disampaikan dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Shanghai, tempat saham Huawei dan Hengtong diperdagangkan. Rencana pengambilalihan 51 persen saham Huawei Marine Systems Co Ltd itu telah dituangkan melaui perjanjian antara Hengtong dengan Huawei Tech Investment Co Ltd pada 31 Mei 2019 lalu.
Transaksi ini dilakukan secara tunai dan sebagiannya melalui pertukaran saham. Tapi dalam keterbukaan informasi, tak diungkapkan nilai transaksi ini.
ADVERTISEMENT
Huawei Technologies menolak memberikan komentar ketika dihubungi Reuters.
Perusahaan teknologi Huawei. Foto: Toby Melville/Reuters
Pada bulan Maret, The Wall Street Journal mengutip pejabat keamanan AS yang mengatakan bahwa kabel bawah laut yang dibangun oleh Huawei, rentan digunakan aksi spionase oleh China.
Huawei Marine, didirikan pada 2008 sebagai perusahaan patungan dengan Global Marine Inggris, terutama bergerak dalam pembangunan kabel komunikasi bawah laut global.
Huawei Marine menyumbangkan pendapatan sebesar 394 juta yuan atau hampir Rp 815 miliar. Sedangkan laba bersihnya pada 2018 lalu, sebesar 115 juta yuan atau sekitar Rp 238 miliar.
Selain berbisnis jaringan, Huawei juga mengembangkan bisnis komponen elektronik untuk perangkat komunikasi. Lini bisnis ini sedang dalam sorotan, karena dituding AS menimbulkan risiko keamanan terkait aksi mata-mata dan operasi intelijen.
ADVERTISEMENT
Buntutnya, Presiden AS Donald Trump menyerukan boikot terhadap Huawei. Seruan ini antara lain diikuti Google, yang akan menghentikan lisensi penggunaan software dan aplikasinya oleh produk telepon pintar Huawei.