news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Didik J Rachbini: Christianto Wibisono Ahli Ekonomi Politik yang Sangat Kritis

22 Juli 2021 21:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekonom, Christianto Wibisono. Foto: Antara
zoom-in-whitePerbesar
Ekonom, Christianto Wibisono. Foto: Antara
ADVERTISEMENT
Ekonom terkemuka Christianto Wibisono meninggal dunia pada Kamis (22/7) sore. Sahabat almarhum, Rektor Paramadina yang juga Ekonom Senior Indef, Didik J Rachbini, menuliskan sebuah obituari tentang Christianto. Didik menceritakan bahwa Christianto meninggal akibat terpapar COVID-19.
ADVERTISEMENT
Dalam catatannya, Didik menyebut Christianto merupakan ahli ekonomi yang sangat kritis. "Christianto Wibisono adalah ahli ekonomi politik, yang sangat rajin menulis buku dan dan cukup kritis menuangkan tulisan berbagai artikel di media massa," ujar Didik dalam catatannya, Kamis (22/7).
Didik mengutip tulisan Sjahrir, Pakar Ekonomi, Kebijakan Ekonomi dan Ekonomi Politik, 1994, yang memasukkan nama Christianto ke dalam daftar 25 pakar ekonomi papan atas papan atas politik pada masa Orde baru. Daftar itu menempatkan Christianto bersama dengan ekonom senior lainnya seperti Soemitro Djojohadikusumo, Sjahrir, Sarbini Sumawinata, Suhadi Mangku Suwondo, Hadi Soesastro, Pande Raja Silalahi dan lain-lain.
Menurut Didik, Christianto dan 24 ekonom lainnya dinilai sebagai ahli ekonomi yang rajin menulis dan menuangkan pemikiran khususnya di koran Kompas. Pada waktu itu, belum ada internet, namun pemikiran Christianto dibaca oleh jutaan warga Indonesia.
ADVERTISEMENT
Nama Christianto pun mulai diperhitungkan ke dalam klub 25 ekonom tersebut dan berperan sebagai analis bidang bisnis dan ekonomi politik, meskipun lulus dari Fakultas Ilmu Sosial Politik UI, bukan fakultas ekonomi.
Pada masa Orde Baru ketika bicara politik dibatasi, Christianto mendirikan Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI). Lembaga ini menurut Didik tidak hanya menyediakan data-data bisnis, tetapi juga aktif menggelar seminar yang berbobot dengan uraian data-data bisnis kuantitatif. Selain itu lembaga ini juga menyediakan analisa ekonomi politik tentang lingkungan bisnis Indonesia.
Hingga pada masa reformasi atau pasca Orde Baru, Didik menceritakan Christianto tetap aktif menuangkan pemikirannya di berbagai media dan menulis buku. Pada masa Presiden SBY, Didik dan Christianto diangkat menjadi anggota Komite Ekonomi Nasional, untuk memberikan saran dan nasihat kebijakan bidang ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Jadi, sepanjang hidupnya CW terus produktif dan tak kenal lelah mendedikasikan dirinya sebagai cendekiawan, pemikir dan terus menulis buku," ujarnya.
Didik juga bercerita pernah dalam satu kesempatan, pada 6 Februari 2013, ia mengajak Christianto mempresentasikan hasil survei popularitas tokoh yang diperkirakan menjadi presiden pada tahun 2014. Saat itu Didik baru saja mendirikan lembaga baru bernama Pusat Data Bersatu (PBD).
Rektor Paramadina Didik J Rachbini. Foto: bio.or.id
Hasil survei menunjukkan Jokowi merupakan presiden yang akan datang. Menurut Didik, saat itu banyak media mengutip hasil survei tersebut. Ternyata ini menjadi momen yang menarik bagi Didik. "Karena tiba-tiba ada hasil survei tersebut, saya dan CW banyak mendiskusikan hal tersebut dan aspek politik lainnya," ujarnya.
Hingga bulan lalu, Didik mengatakan bahwa komunikasi dengan Christianto masih intens berjalan. Bahkan almarhum masih sempat mengirimi Didik sebuah buku karyanya berjudul “Kencan Dinasti Menteng” setebal 362 halaman.
ADVERTISEMENT
Menurut Didik, buku tersebut sangat menarik karena menceritakan penguasa negeri ini sesungguhnya bergulir dari elite ke elite. Umumnya para presiden dan menteri tinggal di wilayah strategis dan mahal, yakin Kawasan Menteng.
Menurut Didik ini adalah metafora dan sebuah sindiran tentang elitisme politik di negeri ini. Menurutnya, Christianto seolah ingin menyuarakan perlunya pemimpin yang lebih merakyat.
“Sampai beliau wafat, saya tidak pernah mendiskusikan buku ini, kecuali di beberapa bagian pemikirannya di group WA anggota KEN masa SBY (2009-2014) di mana kita berdua ada di situ,” tandasnya.