Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Digitalisasi Dinilai Mampu Tekan Konsumsi Solar Subsidi Nelayan di Tanjung Benoa
18 November 2024 18:20 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM ), Yuliot, mengungkapkan upaya digitalisasi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) Tanjung Benoa, Bali, mampu menekan konsumsi solar subsidi.
ADVERTISEMENT
Yuliot menuturkan SPBUN itu hanya menjajakan solar subsidi dan Pertamax. Selain oleh para nelayan , SPBUN itu juga melayani pelanggan yang bergerak di sektor pariwisata. Adapun Tanjung Benoa merupakan destinasi olahraga air (water sport) terkenal di Bali.
Saat ini, digitalisasi layanan di SPBUN dilakukan melalui pendaftaran MyPertamina. Sehingga para nelayan harus menggunakan QR Code ketika ingin membeli solar subsidi.
"Jadi yang kita lihat untuk nelayan ini dari alokasi sekitar 560 kiloliter per tahun, justru pemanfaatannya sampai dengan Oktober sekitar 58 persen. Itu justru pemanfaatan subsidi untuk nelayan justru di daerah ini sangat efektif sekali," ungkap Yuliot kepada wartawan di SPBUN Tanjung Benoa, Senin (18/11).
Yuliot berharap ke depannya ada digitalisasi layanan yang lebih baik. Pasalnya, selama ini nelayan harus mendapatkan surat rekomendasi dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) secara manual.
ADVERTISEMENT
"Dengan integrasi sistem, itu justru ada efisiensi juga bagi nelayan menggunakan kartu. Jadi mereka tidak perlu mengurus lagi setiap habis masa berlaku rekomendasi, mereka harus mengajukan perpanjangan-perpanjangan," jelas Yuliot.
Selain itu, kata dia, digitalisasi layanan ini juga diperlukan agar pengawasan oleh pemerintah bisa lebih baik. Hal ini dapat mempermudah operasional nelayan dan diharapkan bisa meningkatkan produktivitas nelayan di setiap daerah.
Nelayan yang bisa mendapatkan surat rekomendasi harus melalui sederet persyaratan, seperti kapasitas kapalnya di bawah 30 gross tonnage (GT).
Di sisi lain, Yuliot juga berharap jumlah SPBUN di Bali, khususnya di Tanjung Benoa, bisa lebih banyak. Hal ini mengingat pengisian BBM bagi nelayan dilakukan menggunakan jerigen.
"Kita mengharapkan ke depan itu ada tambahan juga untuk SPBU nelayan, untuk efisiensi nelayan bagi mendapatkan BBM bersubsidi. Jadi harapan kita itu menjadi BBM bersubsidi tepat sasaran," tutur Yuliot.
ADVERTISEMENT
Saat ini hanya ada 2 SPBUN yang beroperasi di Bali. Namun ke depannya, diharapkan ada tambahan 2 SPBUN, yakni 1 SPBUN baru, dan 1 lagi yang sedang dalam proses pengembangan dokumen.
Sementara itu, jumlah nelayan di Bali saat ini tercatat mencapai 37.000 orang. Namun, baru ada 600 nelayan yang mendaftarkan diri di MyPertamina.
"Kami mencoba mendata kembali berapa jumlah nelayan, tadi disampaikan totalnya 37 ribu, yang menggunakan QR Code ini kan baru sekitar 600. Jadi kita mengharapkan sekaligus mendata nelayan yang membutuhkan, ya bisa itu nanti sekitar 37 ribu nelayan itu bisa kita data secara keseluruhan," tutur Yuliot.