Dikritik soal Bitcoin, Presiden El Salvador Sindir The New York Times

8 Juli 2022 22:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Koran The New York Times. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Koran The New York Times. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Presiden El Salvador Nayib Bukele melontarkan sindiran terbuka melalui akun twitter-nya, terhadap The New York Times. Sindiran itu disampaikan Nayib Bukele, merespons artikel yang menyebut El Salvador akan gagal bayar (default) utang pemerintah, akibat anjloknya harga Bitcoin.
ADVERTISEMENT
El Salvador merupakan negara pertama di dunia, yang menjadikan Bitcoin sebagai mata uang resmi dan alat pembayaran yang sah. Keputusan Presiden Nayib Bukele pada pertengahan 2021 lalu itu, memicu kontroversi. Sebagian masyarakat El Salvador menolak, namun sebagian praktisi teknologi blockchain memujinya.
El Salvador telah membeli 2.301 Bitcoin sejak negara menjadikannya mata uang resmi. Tapi akibat harga Bitcoin yang anjlok, aset kripto milik negara itu ditaksir telah kehilangan separuh nilainya atau menguap lebih dari USD 50 juta (Rp 741,7 miliar).
Sejumlah warga mengikuti protes menentang penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah di San Salvador, El Salvador. Foto: Jose Cabezas/REUTERS
Hal itulah yang membuat The New York Times menurunkan tulisan berjudul 'El Salvador Big Bet on Bitcoin Isn't Paying Off'. Utang pemerintah berupa obligasi senilai USD 800 juta, disebut akan gagal bayar. Mengutip ekonom, The New York Times menyebut kemungkinan gagal bayarnya mencapai 48 persen.
ADVERTISEMENT
Merespons hal itu, Nayib Bukele pun melontarkan sindiran ke media terkemuka Amerika Serikat (AS) tersebut. "Sejak kapan @nytimes mencurahkan begitu banyak waktu dan halamannya atas inisiatif ekonomi El Salvador?," tulis Presiden El Salvador itu, Jumat (8/7).
"Jelas mereka takut, #Bitcoin akan membesar. Omong-omong, mereka mengatakan kami menuju ke default," lanjutnya.
Presiden El Salvador itu yakin hal tersebut tak akan terjadi. Dia pun sesumbar mempertanyakan sikap editorial The New York Times, kalau prediksinya salah. "Akankah mereka mempublikasikan permintaan maaf setelah kami membayar semuanya tepat waktu?" kata Nayib Bukele.