Dilema Satu Arah Tol Trans Jawa, Cegah Macet Tapi Diprotes Pengusaha

21 Mei 2019 8:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana arus mudik di Tol Cikampek. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana arus mudik di Tol Cikampek. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah bakal memberlakukan jalan satu arah (one way) di ruas Tol Trans Jawa pada saat mudik Lebaran 2019. Adapun titik satu arah bakal dimulai dari kilometer 29 di Cikarang Utama, Jawa Barat, hingga kilometer 263 di Brebes Barat, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Langkah ini diambil Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk mengurai kemacetan di tol tersebut. Sebab, pemudik lewat Tol Trans Jawa diprediksi bakal padat seiring dengan tersambungnya jalan dari Merak hingga Probolinggo.
Pemberlakuan satu arah ini akan diberlakukan mulai 30 Mei, 1 dan 2 Juni 2019 untuk arus mudik. Sementara pada arus balik, sistem satu arah akan dilaksanakan pada 9-10 Juni 2019.
Namun, aturan ini diprotes Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI). Menurut Ketua IPOMI Kurnia Lesani Adnan, kebijakan one way akan berdampak pada terlambatnya armada bus dan angkutan umum lainnya masuk ke Jakarta. Padahal, bus-bus tersebut harus kembali ke Jakarta untuk mengangkut pemudik.
Dia menilai jika jalan tol tidak diberlakukan one way alias normal, justru tidak akan menimbulkan kemacetan. Dia pun membuat simulasi dengan menghitung jumlah penumpang dan angkutan bus yang melintas di sana.
ADVERTISEMENT
Kata dia, jika satu kendaraan dinaiki tujuh orang dan selama satu hari puncak arus mudik Jalan Tol Trans Jawa dilalui 150 ribu kendaraan, selama tiga hari diberlakukan diperkirakan ada 450 ribu kendaraan artinya ada 3,1-3,2 juta orang yang mudik.
"Jika bandingkan dengan bus, yang berisi 30-40 penumpang, maka 3,2 juta orang itu bisa diangkut 106 ribu bus dengan asumsi 30 tempat duduk dalam satu bus. Jika dihitung satu bus dengan 40 tempat duduk maka hanya ada 80 ribu bus. Tidak ada kemacetan," katanya.
Alasan lain yang membuat IPOMI menolak aturan ini, adalah jika one way diberlakukan dan angkutan bus yang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur terhambat ke Jakarta, maka konsumsi bahan bakar minyak (BBM) pada bus akan lebih banyak.
ADVERTISEMENT
Padahal, salah satu tujuan dibuatnya Tol Trans Jawa, kata Kurnia, agar konektivitas lancar dan efisien, dengan begitu bisa mengurangi beban konsumsi bahan bakar.
Sementara jika bus dari Jawa Tengah dan Jawa Timur kembali ke Jakarta menggunakan jalan arteri di Jalur Pantau Utara (Pantura), menurut dia jarak tempuhnya akan jauh lebih lama. Belum lagi rentan kemacetan.
Menurut dia, perbandingan via tol Trans Jawa dan jalan arteri dengan kondisi normal saja bisa selisih 5 jam dengan aturan one way.
"Karena (via Jalur Pantura), pengguna sepeda motor akan banyak, traffic light dan pasar tumpah yang akan menjadi kendala. Di samping itu, tingkat kecelakaan lalu lintas bisa menjadi tinggi karena pengguna jalan motor seperti apa. Kalau dalam kondisi normal selisihnya bisa 5 jam, apa kabarnya kalau jalan arteri padat?" katanya.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Cari Solusi
Atas protes yang dilayangkan IPOMI melalui surat terbuka ke Presiden Joko Widodo ini, pemerintah pun mencari jalan keluar. Pada diskusi publik yang berlangsung Senin (20/5) di Gedung Kominfo, Jakarta, Budi Karya berjanji bakal mengakomodir keinginan IPOMI dalam pemberlakuan jalan satu arah.
"Tadi saya bicara dengan Pak Benyamin, saya sarankan akomodasi apa yang menjadi pemikiran pemilik bus. Bisa kemungkinan diberikan ruang waktu katakanlah enam jam atau berapa jam sehingga ada arus tertentu yang bisa timur ke barat. Tapi kami serahkan kepada Kakorlantas," kata Budi.
Sementara itu, Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengaku akan membahas keberatan dan usulan IPOMI. Menurut dia, akan dicari skema yang tepat untuk arus mudik lebaran 2019 bersama pengusaha bus. Salah satu yang diusulkan adalah contraflow.
ADVERTISEMENT
Adapun jalur yang dianjurkan dilewati bus saat balik ke Jakarta, kata Budi, bisa melalui jalan biasa atau arteri. Rutenya mulai dari Brebes, Cirebon, Indramayu, lalu lewat Pantura yang lama
"Kan ada ide contraflow, tapi saya sudah ngomong sama Korlantas kalau contraflow bahaya. Jadi nanti saya masih mau cari skema seperti apa yang pas ya. Apakah contraflow tapi tidak harus dari barat, atau kemudian lewat ke jalur nasional tapi kemudian ada jalan khusus," ucapnya.
Kepadatan Arus Mudik Tol Jakarta-Cikampek Foto: Antara/Risky Andrianto
Karena itu, dia menjelaskan one way ini bersifat kondisional. Artinya, bakal disesuaikan dengan kondisi di lapangan saat mudik berlangsung. Budi menyebut, secara teknis aturan ini bakal dieksekusi oleh Korps Lalu Lintas Kepolisian RI (Kakorlantas RI).
Kepala Bagian Ops Korlantas Polri, Kombes Benyamin mengatakan jika memang pada saat kondisi di lapangan membutuhkan one way lebih dari 3 hari, maka pelaksanaannya memang sangat memungkinkan diperpanjang.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Benyamin mengatakan pelaksanaan one way saat arus mudik lebaran 2019 tidak harus dilakukan dalam 24 jam atau seharian penuh. Bisa saja tidak sampai seharian penuh alias ada jam-jam tertentu yang dibuka.
"Situasional, bisa 24 jam, bisa tidak. Ada waktu-waktu lenggang," kata dia dalam acara yang sama.
Penetapan satu jalur ini sudah dilakukan dari kilometer 29 di Cikarang Utama hingga km 263 di Brebes Barat. Benyamin menyebut penetapan one way diberlakukan agar masyarakat mempersiapkan diri dalam mengatur waktu perjalanan ke kampung halaman.
Kata dia, tingkat keberangkatan mudik biasanya tinggi setelah sahur. Sementara saat berbuka puasa cenderung sedikit. Karena itu, kata dia, jika di masa-masa lenggang, bisa saja one way diberhentikan dan cukup dengan contra flow.
ADVERTISEMENT