Dirjen Kementan: Optimalisasi 600.000 Ha Gambut di Bekas Lahan Program Soeharto

9 Mei 2020 15:36 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lahan gambut di Kalimantan Tengah. Foto: AFP/Bay Ismoyo
zoom-in-whitePerbesar
Lahan gambut di Kalimantan Tengah. Foto: AFP/Bay Ismoyo
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, menyebut pemerintah akan melakukan optimalisasi lahan gambut dan rawa seluas 600 ribu hektare di Kalimantan Tengah di atas lahan bekas Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PPLG) Satu Juta Hektare yang pernah dijalankan Presiden Soeharto. Program ini rencananya akan digarap bersama Kementerian BUMN.
“Optimalisasi lahan gambut dan rawa, bukan cetak sawah baru, dan ini untuk ditanami padi. Lahan eks (proyek) satu juta hektare di Kalimantan Tengah itu mau dioptimalkan lagi, dan itu yang akan kita garap,” kata Sarwo Edhy kepada kumparan, Rabu (5/5).
Menurut Sarwo, pemilihan area eks proyek PPLG tak lain karena ketersediaan lahan yang cukup luas dan dinilai belum dikerjakan secara optimal. Sarwo menyebut, penentuan lokasi pembukaan lahan pertanian atau cetak sawah ini telah didahului oleh riset dan kajian dari lintas lementerian.
Ia menegaskan, proyek food estate ini sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo untuk membuka lahan persawahan baru demi mencegah ancaman krisis pangan akibat pandemi corona. Hal itu sesuai dengan peringatan dari Food and Agriculture Organization (FAO) yang menyebut pandemi corona bisa membuat krisis pangan di pelbagai negara.
“Sebetulnya sudah lama dikaji kaitan dengan persiapan kemarau itu harus lebih banyak menanam. Jadi program itu sudah diwacanakan sebelum pandemi corona. Ini untuk cadangan saja, karena mungkin akan terjadi kemarau panjang.”
Untuk mengetahui perencanaan program food estate di Kalteng dan sejauh apa kondisi beras yang dimiliki Indonesia, berikut wawancara kumparan dengan Dirjen PSP Kementan, Sarwo Edhy.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Sarwo Edi (kiri). Foto: Dok. Kementan
Katanya ada rencana cetak sawah baru seluas 600 ribu hektare?
Itu optimalisasi lahan gambut sama rawa, bukan cetak sawah. Kalau cetak sawah kan darat. Jadi ini optimalisasi lahan gambut dan rawa untuk ditanami padi.
Di mana lokasi pasti lahannya nanti?
Di lahan yang eks Program Lahan Gambut Satu Juta Hektare di Kalimantan Tengah. Itu mau dioptimalkan lagi. Mau kita lihat dulu (lahannya). Ini kan baru (turun) perintah, belum (dikerjakan) dan akan kita evaluasi dalam minggu ini. Baru disurvei sama Kementerian PUPR aja. Di sana, potensi yang ada lahannya ada, dan itu belum (dikerjakan) optimal, dan itu yang akan kita garap.
Apakah sudah ada kajiannya?
Sudah lama. Semuanya, bersama-sama, kajian bersama. Sebetulnya sudah lama dikaji, kaitannya dengan persiapan kemarau itu kan harus lebih banyak menanam. Intinya itu saja. Jadi, program itu sudah diwacanakan sebelum pandemi corona, dan ini amanat dari presiden.
Apa saja persiapannya?
Kami kan cuma pembinaan teknis saja. Komponen yang dibutuhkan paling benih dan pupuk, kemudian alat mesin pertanian kemarin sudah siap.
com-Program Dem Area Kementan Sukses, Panen Padi 9,3 Ton di Musim Kemarau. Foto: Dok. Dirjen Tanaman & Pangan
Bagaimana kondisi stok pangan, terutama beras di Indonesia, ketika sedang dilanda pandemi corona?
Enggak (memprihatinkan), kondisinya cukup stabil. Ini kan untuk cadangan saja. Karena mungkin akan terjadi kemarau panjang.
Seorang pakar bilang, setiap tahun seluas 50-60 ribu hektare lahan pertanian warga hilang akibat digusur proyek infrastruktur nasional. Pendapat anda soal itu?
Ya, kalau pengurangan itu sedikit-sedikit. Misalnya anda punya lahan atau punya pekarangan, atau sawah pinggir jalan, terus anda punya anak mau bikin rumah, ya wajar (lahannya dipakai) kalau cuma sedikit. Yang tidak boleh itu untuk industrialisasi, untuk perumahan, itu nggak boleh.
Kalau untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan bebas hambatan?
Itu kan program nasional. Kalau itu program nasional, boleh. Harusnya tidak masalah kalau itu merupakan program nasional. Tapi itu pun harus izin dulu dari instansi berwenang.
Dua pekerja merapikan beras yang telah dimasukkan ke dalam karung di gudang Bulog Subdivre Gorontalo di Talumolo, Kota Gorontalo, Gorontalo. Foto: ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Kemarin Menteri Syahrul Yasin Limpo mengatakan ada beberapa daerah yang mengalami defisit beras di Indonesia, soal itu bagaimana?
Sudah didistribusikan beras dari daerah yang surplus ke yang defisit, sehingga nanti kan jadi berimbang.
Apakah setiap tahunnya ada defisit atau karena sedang ada pandemi?
Enggak juga. Ya, ini kemungkinan terpengaruh juga oleh pandemi ini (ke produksi beras). (Cadangan beras) banyak, sampai akhir tahun ada sekitar 4,6 juta ton beras.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Yuk, bantu donasi untuk atasi dampak corona.