Dirjen Minerba ESDM Pastikan Industri Stainless Steel di RI Bakal Dibatasi

28 November 2022 7:00 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara aktivitas pengolahan nikel (smelter) yang berada di Kawasan Industri Virtue Dragon Nickel Industrial (VDNI) di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara. Foto: ANTARA FOTO/Jojon
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara aktivitas pengolahan nikel (smelter) yang berada di Kawasan Industri Virtue Dragon Nickel Industrial (VDNI) di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara. Foto: ANTARA FOTO/Jojon
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin memastikan industri stainless steel yang menggunakan bahan baku nikel kadar tinggi (saprolit), akan mulai dibatasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ridwan menjelaskan, kebijakan tersebut seiring dengan digenjotnya ekosistem industri kendaraan listrik, di mana baterai lithium salah satunya menggunakan bahan baku nikel kadar rendah (limonit).
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin, saat groundbreaking Proyek Pomalaa di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Minggu (27/11/2022). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Adapun nikel kadar rendah harus diproses di pabrik pengolahan mineral atau smelter dengan teknologi High-pressure Acid Leaching (HPAL). Smelter jenis ini masih sedikit jika dibandingkan smelter yang mengolah saprolit berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).
"Supaya kita tidak kehabisan bahan baku stainless steel, jadi sudah cukup smelter kita, kita mau alihkan ke yang lain yang lebih hilir dan mengarah ke baterai," ujar Ridwan kepada wartawan usai groundbreaking Proyek Pomalaa di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Minggu (27/11).
Ground breaking proyek Smelter Pomalaa Vale Indonesia dan Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd, dihadiri oleh Menko Marves Luhut B Panjaitan, Minggu (27/11/2022). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Ridwan menuturkan, pemerintah menganggap produksi stainless steel yang masif dilakukan di Indonesia sudah cukup karena dinilai tidak akan efektif untuk produksi baterai lithium.
ADVERTISEMENT
"Stainless steel kita anggap cukup karena kalau kita tambah-tambah terus nanti bahan baku kita tidak cukup panjang nanti baterainya. Sementara cukup dulu nanti kita arahnya sekarang nikel kadar rendah untuk baterai," jelasnya.
Sementara itu, dia tidak menjelaskan secara rinci peta jalan atau kebijakan lebih lanjut dari pembatasan industri stainless steel di Indonesia. Dia hanya memastikan, secara konsep pemerintah akan lebih menggenjot produksi nikel untuk baterai.
Seorang pengemudi ojek daring mengganti baterai motor listriknya di SPKLU Gedung PLN Gambir, Jakarta, Rabu (13/0/2022). Foto: Agha Yuninda/ANTARA FOTO
"Secara konsep dari sekarang kita juga sudah berpikir begitu, cukup dengan smelter sekarang kan sudah cukup banyak jadi biarkan dia tumbuh dulu bagus, kita mengarahnya kepada seperti untuk baterai," tuturnya.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Minerba Irwandy Arif mengungkapkan langkah membatasi industri stainless steel sudah direncanakan lebih lanjut oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
ADVERTISEMENT
"Pak Luhut ini sudah berbicara dengan Menteri ESDM dan Menteri Perindustrian supaya arah stainless steel yang memakan nikel kadar tinggi itu supaya dibatasi saja," ungkapnya saat Launching Buku Kajian Manufaktur dan Pariwisata, Jumat (18/11).
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil bijih nikel terbesar di dunia. Tidak sampai di situ, Indonesia juga penghasil stainless steel terbesar kedua di dunia.
"Saat ini, Indonesia menjadi negara penghasil besi baja stainless terbesar nomor 2 di dunia," ujar Jokowi saat ASEAN-US Special Summit with Business Leaders, Jumat (13/5).