Disalip China, Harga Impor KRL dari Jepang Ternyata Naik dari Tawaran Awal

6 Februari 2024 19:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba, Selasa (6/2/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba, Selasa (6/2/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengungkapkan alasan memilih proposal penawaran impor Kereta Rel Listrik (KRL) dari China, alih-alih dari Jepang yang sudah masuk lebih dulu sejak pertengahan 2023.
ADVERTISEMENT
Adapun KAI Commuter bersama CRRC Sifang Co., Ltd baru saja melakukan penandatanganan kontrak kerja sama pengadaan 3 sarana KRL baru di Beijing pada 31 Januari 2024, yaitu jenis KCI-SFC120-V dengan total investasi Rp 783 miliar.
VP Corporate Secretary KCI, Anne Purba, mengatakan review Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) soal kebutuhan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk impor KRL memang menyesuaikan proposal yang pertama masuk, yakni dari Jepang.
"Untuk kereta impor tidak menyebutkan negaranya tapi pada saat itu di Juni-Agustus, proposal baru itu Jepang, ketika memproyeksi biaya pasti sudah menggunakan proposal yang sudah masuk," jelasnya saat konferensi pers, Selasa (6/2).
"Bukan berarti dipaksakan harus Jepang. Tapi pada saat itu, ketika kita melakukan review baik dari kebutuhan biaya dan yang lainnya, memang kami mendapatkan proposal dari Jepang," imbuh Anne.
Sejumlah calon penumpang berjalan menuju peron Stasiun Manggarai, Jakarta, Rabu (20/12/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Rencana impor KRL dari J-TREC Jepang itu kemudian dibahas Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR pada 19 September 2023. Total investasi yang disebutkan saat itu Rp 676,8 miliar, alias lebih rendah dari kesepakatan dengan CRRC China.
ADVERTISEMENT
Anne mengklarifikasi bahwa seiring berjalannya waktu, produsen asal Jepang tersebut menyampaikan perubahan rekomendasi teknis dan pembiayaan yang diajukan menjadi lebih mahal pada Oktober 2023.
Meski begitu, dia enggan menyebutkan nilai kenaikan tawaran dari Jepang tersebut. "September memang ada kita dipanggil RDP, tetapi Oktober proposal yang kami terima dari Jepang memang mengalami kenaikan. Sehingga perlu ada membandingkan dengan yang lain," jelasnya.
Selain J-TREC, KCI juga menerima proposal penawaran impor KRL dari 2 perusahaan asal Korea Selatan yaitu Woojin dan Dawonsys, sebelum akhirnya memutuskan bekerja sama dengan CRRC China.
Anne mengatakan, pertimbangan impor KRL selain dari harga penawaran juga karena spesifikasi teknis yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA).
"Ada spesifikasi teknis yang sangat mendekati ya dari CRRC. Karena dia memang produksi benar-benar sesuai kebutuhan kita. Kalau yang dari Korea, mayoritas mereka masih menggunakan alumunium. Kalau kita kan sudah stainless steel," ungkap Anne.
ADVERTISEMENT
Dia menyebutkan, harga penawaran dari ketiga negara tersebut memang kompetitif, namun paling murah adalah penawaran China. Harga tersebut mencakup pula biaya pengiriman, regulasi dalam negeri, dan lainnya.
"Sehingga pada saat kami menerima semua proposal itu memang CRRC paling kompetitif dan mereka juga kerja sama dengan 28 negara dalam pengadaan sarana kereta baik commuter atau high speed train di beberapa negara, termasuk Eropa dan Asia," lanjut Anne.