Ditopang KPR dan KTA, Kredit Konsumer BRI Tumbuh Double Digit di 2023

12 Oktober 2023 10:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BRI menggelar KPR BRI Propery Expo. Foto: Dok. BRI
zoom-in-whitePerbesar
BRI menggelar KPR BRI Propery Expo. Foto: Dok. BRI
ADVERTISEMENT
Seiring pulihnya ekonomi domestik pasca-pandemi, kredit konsumer BRI tumbuh double digit hampir 12 persen secara year on year (yoy) di 2023. Penopang kredit konsumer tersebut, terutama produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Tanpa Agunan (KTA).
ADVERTISEMENT
Emiten bersandi BBRI ini mencatat pertumbuhan kredit konsumer bank only sebesar 11,5 persen secara tahunan/year on year (yoy) menjadi Rp 171,5 triliun sepanjang semester I-2023. Capaian tersebut melanjutkan pertumbuhan dua digit yang juga dicapai pada kuartal I-2023.
Terkait capaian ini, Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Handayani, mengatakan Perseroan secara berkelanjutan terus memperkuat kapabilitas retail banking pada tahun ini. Pihaknya menekankan bahwa salah satu strateginya adalah konsisten melakukan perbaikan business process reengineering, salah satunya seperti implementasi Consumer Loan Factory (CLF).
“Kita bersama bisa melihat bahwa daya beli masyarakat cenderung pulih setelah pandemi. Juga tren inflasi yang menurun. Sehingga kami bisa mengoptimalkan kinerja di segmen konsumer melalui strategi yang kami terapkan,” kata Handayani, Kamis (12/10).
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan kredit konsumer tersebut, terutama ditopang oleh Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Tanpa Agunan (KTA).
Adapun secara persentase, per Juni 2023, Kredit Tanpa Agunan (KTA) merupakan kredit konsumer yang tumbuh paling tinggi, yakni 16,5 persen yoy dan diikuti KPR 8,7 persen yoy.
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Namun, sebagian besar kredit konsumer atau 67,8 persen merupakan sumbangsih KPR. Geliat kredit konsumer tersebut juga diikuti dengan kualitas asset yang sehat. Per Juni 2023, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) segmen konsumer hanya sebesar 2,0 persen.
Adapun secara total, menyalurkan kredit sebesar Rp 1.202,1 triliun, atau naik 8,8 persen yoy. Dengan demikian segmen konsumer berkontribusi sebesar 14,3 persen.
“Untuk mengoptimalkan kinerja, kami juga akan memberikan pelayanan kepada nasabah melalui berbagai kanal dan membuka kerja sama API connection dengan berbagai pihak. Agar penyaluran kredit dapat terpacu sesuai target dan nasabah lebih nyaman bertransaksi,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT

Inflasi Terkendali, Prospek Pertumbuhan Masih Menguat

Sementara itu Bank Indonesia (BI) mencatat, memasuki 2023 yaitu pada Januari inflasi mencapai 5,28 persen. Sedangkan pada Agustus mencapai 3,27 persen. Pada rentang delapan bulan tersebut, inflasi tertinggi tercatat pada Februari yaitu 5,47 persen dan terendah pada Juli sebesar 3,08 persen. BI pun memproyeksikan sepanjang tahun ini inflasi berada di kisaran 3+1 persen.
Oleh karena itu, Handayani memproyeksikan kredit konsumer BRI tahun ini terbilang baik karena inflasi yang cenderung menurun.
BI juga mencatat, perbankan menyalurkan kredit konsumer senilai Rp 1.923 triliun hingga Agustus 2023. Angka tersebut naik 9,1 persen secara tahunan (yoy). Angka itu di atas pertumbuhan total pembiayaan yang disalurkan bank.
Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani bersama PT Majoo Teknologi Indonesia (Majoo). Foto: Dok. BRI
Pada periode tersebut, penyaluran kredit bank kepada pihak ketiga mencapai senilai Rp 6.709,5 triliun atau naik 8,9 persen yoy. Dengan demikian, sebanyak 28,7 persen di antaranya merupakan kredit konsumer.
ADVERTISEMENT
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, menilai wajar pada paruh pertama tahun ini kredit konsumer menjadi satu pendorong pertumbuhan total pembiayaan yang disalurkan perbankan. Pasalnya korporasi masih menahan diri untuk mencari sumber pembiayaan eksternal.
Dia menggarisbawahi bahwa kondisi ekonomi global memengaruhi permintaan pembiayaan korporasi kepada perbankan. Di pasar domestik, meskipun juga mengalami tekanan, tetapi masih tumbuh positif. “Permintaan domestik memang masih tumbuh positif, walaupun jauh lebih lambat,” ujarnya.
Adapun saat ini konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 55 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ke depan mendorong konsumsi rumah tangga akan menjadi satu tantangan, seiring dengan melambatnya inflasi pada tahun ini.
Kendati demikian, kredit konsumer diperkirakan masih akan menjadi satu stimulus bagi bank di Tanah Air dalam menjaga pertumbuhan pembiayaan. Hal ini khususnya terkait dengan KPR dan juga KTA. Faisal pun menambahkan bahwa menjelang akhir tahun kredit konsumer akan terdorong dengan dimulainya periode kampanye untuk pemilihan umum tahun depan.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan BPS, konsumsi rumah tangga menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2023 dan berkontribusi sebesar 53,31 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).