Dua Perusahaan Lokal akan Serap 2.200 Ton Timbal Smelter Freeport di Gresik

30 Maret 2023 11:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek Smelter Freeport di kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Kamis (2/2/2023). Foto: Rizal Hanafi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek Smelter Freeport di kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Kamis (2/2/2023). Foto: Rizal Hanafi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
PT Freeport Indonesia tengah menjajaki dua perusahaan lokal untuk menyerap limbah hasil pemurnian lumpur anoda atau timbal sebanyak 2.200 ton. Lumpur anoda merupakan sebagian hasil pemurnian konsentrat untuk memproduksi katoda tembaga yang merupakan produk utama smelter.
ADVERTISEMENT
Pemurnian lumpur anoda nantinya akan mulai memproduksi setelah fasilitas precious metal refinery (PMR) yang berada di kawasan ekonomi khusus (KEK), Java Integrated and Port Estate (JIIPE) rampung pada Mei tahun depan.
"Timbal ada produk samping sebenernya limbah buat kita, nah ini kita sedang menjajaki dua perusahaan domestik, satu di Tangerang satu di Lamongan," ujar Erika Silva Manager Technical Affairs dan Smelting Project Support PT Freeport Indonesia saat ditemui di lokasi proyek, Rabu (29/3).
Menurut Erika, seluruh limbah hasil dari smelter seluas 100 hektare akan memberikan nilai ekonomi bagi perusahaan. Sebab jika tidak dimanfaatkan, limbah hasil pemurnian konsentrat berbahaya bagi lingkungan sekitar.
"Untuk timbal nanti akan menghasilkan dalam bentuk timbal karbonat," lanjutnya.
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan proyek Smelter Freeport di kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Kamis (2/2/2023). Foto: Rizal Hanafi/ANTARA FOTO
Sementara itu, paparan presentasi PTFI kemarin mencatat setidaknya ada tiga limbah dari hasil produksi di smelter yang dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Manyar, Kabupaten Gresik.
ADVERTISEMENT
"Pertama asam sulfat, lalu terak tembaga, dan gypsum," ujar Erika Silva Manager Technical Affairs dan Smelting Project Support PT Freeport Indonesia saat ditemui di lokasi proyek, Rabu (29/3).
Masing-masing jenis limbah tersebut akan terkumpul sebesar 1,5 juta ton per tahun untuk asam sulfat, 1,3 juta ton per tahun untuk terak tembaga, dan 150 ribu ton gypsum. Untuk asam sulfat rencananya akan ditampung oleh PT Petrokimia Gresik, perusahaan pupuk.
"Ini mirip seperti sawit, semua hasil produk bermanfaat," ujarnya.
Erika menyampaikan, meskipun Petrokimia Gresik berencana sebagai pembeli tunggal asam sulfat, perusahaan masih berupaya mencari opsi lain. Hal ini sebagai salah satu cadangan pembeli ke depannya.
"Dari posisi kami tidak hanya satu off taker satu karena nanti sangat riskan untuk kami," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Namun untuk hasil kedua limbah lainnya, yaitu terak tembaga dan gypsum hingga kini masih dalam proses penjajakan pembeli. Biasanya gypsum dibutuhkan oleh perusahaan semen, sementara itu terak tembaga juga berpotensi untuk dimanfaatkan.