E-commerce Ungkap Strategi Pertahankan Bisnis di Tengah Ancaman Resesi Global

6 Juli 2022 14:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 29 Juli 2022 6:03 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Belanja Online. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Belanja Online. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ekonomi global saat ini mengalami risiko kenaikan inflasi hingga resesi. Sejumlah e-commerce pun menyiapkan strategi untuk tetap bertahan di tengah tantangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) Juni 2022, seperti dikutip Rabu (6/7), pandemi menerjang secara ekstrem toko-toko ritel konvensional. Sementara itu, hanya bisnis digital yang dinilai tetap mampu bertahan di tengah pandemi.
“Seiring berjalannya pandemi, ada percepatan dalam transisi digital juga dalam ekspansi e-commerce,” tulis Melissa Ho, Analis HKTDC.
Di Indonesia sendiri, bisnis e-commerce juga mengalami tantangan pendanaan hingga banyaknya PHK karyawan. Salah satu pemain besar e-commerce di Indonesia, Blibli, mengakui adanya tantangan dalam aspek tersebut baik selama maupun pasca pandemi.
Senior Vice President dan Head of Business Development Blibli, Yohanes Lukiman menyatakan bahwa pihaknya menekankan pentingnya keberlanjutan bisnis sejak pendirian perusahaan tersebut di tahun 2011. Strategi ini membantu Blibli bertahan selama pandemi dan mencegah terjadinya PHK bagi karyawan.
ADVERTISEMENT
“Tidak pernah ada pemutusan hubungan kerja yang terkait efisiensi, jika dibandingkan dengan gelombang PHK di perusahaan-perusahaan teknologi yang dimulai sejak pandemi dan terus berlangsung hingga kini. Kami cukup yakin bahwa P&L (profit and loss) kami adalah yang tersehat di dunia e-commerce Indonesia,” katanya.
Selain itu, untuk tetap relevan dengan perkembangan pasar, Blibli mengembangkan strategi ritel omnichannel, yang disebut merupakan masa depan ritel. Menyusul akuisisi PT Supra Boga Lestari Tbk. tahun 2021, Blibli disebut punya triple threat, yakni e-commerce Blibli, platform travel and experience tiket.com, dan supermarket premium Ranch Market, yang semuanya terhubung, sehingga bisa menyasar banyak kebutuhan belanja konsumen.
Omnichannel membuat konsumen bisa membeli dan menerima barang kapan dan di mana saja—misalnya memilih barang online dan mengambilnya di lokasi mana pun kami berada dan partner pick up point kami,” kata Yohanes pula.
ADVERTISEMENT
Selain itu, CEO dari perusahaan digital internasional SQLI, Jonty Sutton, menyebut strategi omnichannel menjadi solusi untuk beradaptasi dalam berbagai situasi yang bisa mempengaruhi bisnis ritel. Tak hanya itu, resiliensi dari sudut pandang ritel digital pasca COVID berfokus pada pertimbangan operasional.
Investasi perusahaan lebih menuju ke waktu pengantaran yang lebih cepat, logistik, cara pembayaran, dan layanan berlangganan, dan inilah yang akan menarik konsumen, menurutnya.
“Supply chain, logistik, dan sisi operasional, ini adalah bagian-bagian inti dari bisnis saat ini dan harus diperlakukan seperti itu,” pungkasnya.