Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Ekonom INDEF: Income per Kapita RI dan Korsel Sama di 1970, Kini Teringgal Jauh
13 Juli 2021 16:01 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:04 WIB

ADVERTISEMENT
Ekonom senior INDEF Didin S Damanhuri menyoroti Indonesia yang kembali ke kelas lower middle income country. Bank Dunia menurunkan kelas Indonesia karena Gross National Income (GNI) per kapita selama tahun lalu menurun dari USD 4.050 di 2019 menjadi USD 3.870 di 2020.
ADVERTISEMENT
Didin menyayangkan kondisi tersebut dialami Indonesia. Padahal di tahun 1970 an posisi income per kapita Indonesia sama dengan Korea Selatan (Korsel) dan Malaysia.
"Jadi tentu soal penurunan pendapatan rata-rata sebenarnya dialami hampir semua negara selama pandemi. Cuma masalahnya Indonesia waktu 70 an itu bersama Korsel dan Malaysia itu income per kapita Indonesia itu hampir sama awal 70 an yaitu sekitar USD 70," kata Didin saat webinar yang digelar INDEF, Selasa (13/7).
Didin mengatakan berangkat dari posisi tersebut perkembangan ekonomi ketiga negara itu berbeda jauh saat ini. Ia mengungkapkan Korsel sudah masuk grup negara kaya dengan income per kapita sudah mencapai USD 31.500.
Sedangkan Malaysia meski tidak lebih baik dari Korea, tetapi angka income per kapitanya mencapai USD 11.500 atau turun dari tahun sebelumnya USD 12.500.
Didin mengakui tidak apple to apple membandingkan Indonesia dengan Korsel dan Malaysia. Sebab, jumlah penduduk, luas wilayah, hingga kondisi yang ada di Indonesia berbeda dengan kedua negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, Didin mengungkapkan kendalanya bukan perkara itu saja. Menurut dia, Indonesia tidak lagi ada strategi industrialisasi yang sama-sama juga dilakukan Korsel dan Malaysia sejak tahun 1970.
"Tetapi saya kira ada hal yang objektif, yaitu 2 negara tersebut konsisten sejak tahun 70 strategi industrialisasi. Indonesia hanya melakukan strategi industrialisasi dari sejak awal 80 sampai akhir 90. Ke sininya kita hilang perspektif industrialisasi. Tidak ada grand design, tak ada blue print yang konkret peta jalannya,” ungkap Didin.
"Saya kira Indonesia memang sebelum pandemi sudah mengalami masalah mengapa negara kita kalah jauh oleh Korsel, kalah dari yang paling dekat Malaysia," tambahnya.