Ekonom Minta RI Waspadai Kenaikan Harga Beras Imbas Perubahan Iklim

17 Juli 2024 11:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buruh memindahkan karung berisi beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Rabu (20/9). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Buruh memindahkan karung berisi beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Rabu (20/9). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga beras yang kembali meningkat dikhawatirkan menimbulkan kerawanan pangan. Berdasarkan pantauan panel harga Badan Pangan Nasional atau Bapanas hari ini, Rabu (17/7), harga beras medium di jual sekitar Rp 15.670 per kg, mengalami kenaikan harga sekitar Rp 180 sedangkan medium Rp 13.600 naik Rp 90.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya pada Selasa (16/7) di Pasar Jaya Cijantung, Jakarta Timur, harga beras premium berkisar antara Rp 14.000 hingga Rp 17.000 per kg. Harga paling tinggi diduduki oleh beras pandan wangi yaitu Rp 17.000 per kg. Sementara beras medium berkisar antara Rp 11.000 sampai dengan Rp 13.000 per kg.
Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, Indonesia saat ini rentan terhadap gejolak harga bahan pangan akibat perubahan iklim.
“Indonesia masih akan rentan terhadap gejolak harga bahan pangan sebab perubahan iklim yang terjadi beberapa tahun terakhir juga makin meninggikan risiko krisis pangan, seperti yang terjadi akibat fenomena La Nina,” kata Banjaran dalam keterangannya, Rabu (17/7).
Ia pun mengingatkan, bahaya dari perubahan iklim seperti fenomena La Nina, bisa berimbas pada lonjakan harga beras. Menurutnya, fenomena perubahan iklim juga mampu membuat negara kehilangan musim panen.
ADVERTISEMENT
"Awal tahun ini sampai dengan tahun lalu kita terkena La Nina Effect di mana kita missing di pola panen yang bergeser,” jelas dia.
Pada akhirnya, lanjut dia, dampak perubahan iklim akan membuat produktivitas pangan dalam negeri menurun. Banjaran mengakui, imbas dari fenomena perubahan iklim tersebut akan membuat pemerintah kembali membuka keran impor.
“Akhirnya produktivitas dari dalam negeri, misalnya untuk agraria menurun, itu yang membuat tahun lalu dan mungkin juga awal tahun ini kita melakukan impor beras," jelasnya.
Buruh pelabuhan menurunkan sejumlah karung beras impor dari Vietnam dari atas kapal di Pelabuhan Multiguna, Tenau Kupang, NTT, Sabtu (20/5/2023). Foto: ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto membeberkan adanya dugaan permainan skandal mark up impor beras dapat mengganggu kerawanan pangan di Indonesia. SDR juga melaporkan skandal mark up impor beras Bapanas-Bulog Gate 2024 ini ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
ADVERTISEMENT
Ia menyebut, Bulog mengimpor beras dengan harga rata-rata USD 655 per ton. Harga ini juga dinilai lebih tinggi dari penawaran perusahaan asal Vietnam, Tan Long Group, yang sebesar USD 538 per ton.
Adapun Indonesia mengimpor 2,2 juta ton beras dalam lima bulan pertama tahun ini. Sehingga, SDR memperkirakan kerugian negara sekitar USD 180,4 juta.
Dikutip dari media internasional asal Vietnam, VnExpress, Sabtu (13/7), Tan Long Group membantah tuduhan tersebut. Juru bicaranya menyampaikan bahwa mereka tak pernah memenangkan tender untuk menjual langsung ke Bulog.
Eksportir beras Vietnam lainnya, Loc Troi Group, juga membantah tuduhan tersebut. Loc Troi menang tawaran di bulan Mei untuk menjual 100.000 ton ke Bulog, namun dengan harga USD 563 per ton, yang berada di bawah harga pasar saat itu.
ADVERTISEMENT
Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto sebelumnya mengungkapkan, isu penggelembungan harga beras impor itu tidak benar.
“Perusahaan Tan Long Vietnam yang diberitakan memberikan penawaran beras, sebenarnya tidak pernah mengajukan penawaran sejak bidding tahun 2024 dibuka. Jadi tidak memiliki keterikatan kontrak impor dengan kami pada tahun ini," ujar Suyamto dikutip dari keterangan resmi Bulog.
Hal ini selaras dengan pernyataan dari Direktur Utama Tập đoàn Tân Long (TLG). Bulog mengutip dari pemberitaan media Vietnam, CAFEF, Trương Sỹ Bá, Ketua Dewan Direksi dan Direktur Utama Tập đoàn Tân Long (TLG) menjelaskan, dalam sejarah tender beras Bulog, dari tahun 2023 sampai sekarang, mereka tidak pernah memenangkan tender langsung apa pun dari Bulog.
ADVERTISEMENT
Paket tender tanggal 22 Mei yang diumumkan Bulog di mana Lộc Trời dan anak perusahaannya berencana untuk menawarkan 100.000 ton beras. Namun Tân Long menawar dengan harga 15 USD/ton lebih tinggi, sehingga tidak memenangkan tender.