Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Ekonomi di Kuartal III Melambat, Ini Kata Ekonom Agar Target 8 Persen Tercapai
5 November 2024 14:03 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS ) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2024 mencapai 4,95 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan tumbuh 1,50 persen secara kuartalan (quarter to quarter/qtq).
ADVERTISEMENT
Realisasi pertumbuhan ekonomi secara tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan kuartal II 2024 yang mencapai 5,05 persen (yoy) dan lebih tinggi jika dibandingkan kuartal III 2023 yang berada di level 4,94 persen (yoy).
Adapun Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen pada masa pemerintahannya. Lalu, bagaimana agar target tersebut bisa tercapai?
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda mengatakan, saat ini terjadi penurunan daya beli masyarakat di mana pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat.
Kondisi tersebut berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang kembali melambat dari 5,05 persen menjadi 4,95 persen di kuartal III 2024.
Dari sisi sektoral, penyediaan akomodasi dan makanan minuman, serta transportasi juga melambat. Sedangkan industri pengolahan dan pertambangan menguat.
ADVERTISEMENT
"Saya rasa industri pengolahan hasil tambang mempunyai pertumbuhan yang positif. Dengan kondisi seperti ini," kata Huda kepada kumparan, selasa (5/11).
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti, mengatakan untuk mendongkrak daya beli masyarakat agar bisa mengerek pertumbuhan ekonomi, maka kebijakan pemerintah harus bersifat ekspansif atau easy money policy.
"Misalnya dorong penyaluran kredit lebih banyak, tingkat suku bunga diturunkan, tarif pajak jangan dinaikkan, tidak membebani masyarakat dengan berbagai iuran," ujarnya.
Ekonom Center of Reform on Economic (CORE), Yusuf Rendy Manilet, mengatakan bahwa pemerintah perlu mendorong pertumbuhan industri pengolahan yang lebih tinggi untuk mencapai target pertemuan ekonomi 8 persen dan agar daya beli kembali meningkat.
ADVERTISEMENT
"Ini sebenarnya juga selaras dengan kondisi dikuartal ketiga di mana deflasi kemudian juga PMI manufaktur yang datanya tidak terlalu baik, dan menggambarkan kondisi daya beli masyarakat terutama yang mengalami perlambatan di Kuartal tersebut," kata Yusuf.
Jika dilihat dari sektor lapangan usaha, meskipun industri pengolahan tumbuh 4,72 persen secara tahunan, namun angka tersebut turun jika dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yang mencapai 5,20 persen. Sehingga, Yusuf menilai kondisi tersebut perlu menjadi perhatian tersendiri pemerintah.
"Hal ini karena industri pengolahan merupakan salah satu mesin perekonomian dan ketika industri ini mengalami perlambatan pertumbuhan maka dia juga akan ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," ujar Yusuf.
Dari sisi moneter, langkah Bank Indonesia yang mulai melonggarkan kebijakan moneter dengan penurunan suku bunga acuan juga harus diikuti dari sisi fiskal melalui realisasi belanja yang targetnya menyasar untuk kepentingan daya beli, seperti misalnya bantuan sosial ataupun subsidi.
ADVERTISEMENT
"Terutama kalau kita bicara konteks di sisa tahun ini, realisasi belanja pemerintah saya kira juga akan ikut baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi target pertumbuhan ekonomi setidaknya untuk 2024," kata Yusuf.