Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan penurunan tersebut, utamanya disebabkan oleh Provinsi Papua yang mengalami kontraksi. Adapun ekonomi Papua selama 2019 turun 15,72 persen.
"Maluku sebenarnya masih bagus, Maluku Utara juga, Papua Barat juga. Nah yang menarik ke bawah itu pertumbuhan ekonomi di Papua, yang kontraksi 15,72 persen," ujar Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Rabu (5/2).
Dia melanjutkan, penurunan ekonomi Papua itu menurun akibat adanya penurunan produksi PT Freeport Indonesia. Hal ini sejalan dengan Freeport yang mengalihkan kegiatan tambangnya sejak 2018.
"Itu penyebab utamanya adalah penurunan produksi Freeport, karena ada peralihan sistem tambang itu yang menyebabkan penurunan," jelasnya.
Penurunan ekonomi Papua sudah terasa sejak kuartal IV 2018. Saat itu, pertumbuhan ekonominya turun menjadi -17,95 persen, padahal di kuartal III 2018 ekonomi Papua masih tumbuh positif 6,2 persen.
ADVERTISEMENT
Sejak awal Januari 2019, ekonomi Papua terus merosot. Di kuartal I 2019 ekonomi Papua turun menjadi -18,66 persen, menurun lagi di kuartal II 2019 menjadi -23,91 persen.
Di kuartal III 2019, ekonomi Papua mulai bangkit menjadi -15,05 persen. Dan di kuartal IV 2019 ekonomi Papua -3,73 persen.
Jika dirinci lebih lanjut, sektor lapangan usaha pertambangan dan penggalian di Papua memang yang mengalami penurunan paling dalam. Selama tahun lalu, sektor ini anjlok 43,21 persen.
Sementara sektor lainnya masih positif. BPS mencatat seperti sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh 0,25 persen selama 2019. Disusul sektor konstruksi yang tumbuh 9,04 persen, perdagangan besar dan eceran tumbuh 6,41, hingga sektor jasa keuangan dan asuransi yang masih tumbuh 4,28 persen sepanjang tahun lalu.
ADVERTISEMENT