Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ekonomi RI Melambat di 4,95 Persen, Daya Beli Makin Lesu?
6 November 2024 8:24 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada kuartal III 2024 atau hanya mencapai 4,95 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka itu lebih rendah dari target pertumbuhan dalam APBN 2024 sebesar 5,2 persen.
ADVERTISEMENT
Realisasi pertumbuhan ekonomi secara tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan kuartal II 2024 yang mencapai 5,05 persen yoy dan lebih tinggi jika dibandingkan kuartal III 2023 yang berada di level 4,94 persen yoy.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar mengatakan salah satu penyebab utama perlambatan pertumbuhan ekonomi ini adalah penurunan konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi motor penggerak utama. BPS mencatat tingkat konsumsi rumah tangga di kuartal III 2024 tumbuh 4,91 persen yoy, sedikit melambat jika dibandingkan kuartal II 2024 sebesar 4,93 persen yoy dan kuartal III 2023 sebesar 5,05 persen yoy.
“Meskipun konsumsi rumah tangga melambat, tetapi masih tumbuh relatif terjaga dibandingkan kuartal II 2024 yang 4,93 persen, di mana konsumsi rumah tangga ini nilai konsumsinya itu tetap lebih tinggi karena mengalami pertumbuhan,” kata Amalia dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Selasa (5/11).
ADVERTISEMENT
Amalia menyebutkan nilai konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2024 mencapai Rp 2.993 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal III 2023 sebesar Rp 2.787 triliun.
"Secara nominal, konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2024 tetap lebih tinggi karena mengalami pertumbuhan," jelas Amalia.
Amalia mengatakan penurunan konsumsi rumah tangga terjadi karena adanya efek musiman. Menurutnya, puncak konsumsi masyarakat Idul Fitri dan Idul Adha.
Faktor musiman seperti perayaan keagamaan memang menjadi salah satu pendorong konsumsi rumah tangga pada kuartal sebelumnya. Namun, setelah periode tersebut berlalu, konsumsi cenderung kembali ke tingkat normal.
"Penurunan ini terjadi karena adanya efek musiman. Pada kuartal II 2024, puncak konsumsi masyarakat terjadi bertepatan dengan perayaan besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Jadi, wajar jika konsumsi pada kuartal III sedikit melambat dibandingkan dengan kuartal II," ungkapnya.
ADVERTISEMENT